Minggu, 18 Maret 2012

ORIENTALIS RUSIA DAN AL-QUR’AN (Kajian Historis Tentang Perkembangan Tradisi Orientalisme Rusia pada Abad 19-20 M)


ORIENTALIS RUSIA DAN AL-QUR’AN
(Kajian Historis Tentang Perkembangan Tradisi Orientalisme Rusia pada Abad 19-20 M)


Wan Jamaluddin Z*



Abstract

After " the succes story" of Mullah Usman Ibrahim in 18 century, during 19 century Qur'anic Studies in Russia still had no any significant progress. The situation continuoued until G. S. Sablukov and D.N Boguslavskiy created their own works on Al-Qur'an and its interpretation or commentaries in second half of 19 century. The development of Russian tradition in Qur'anic Studies became better than before when another Russian scholar, I. Yu. Krachkovsky  introduced  a new approach in understanding and interpretation the Holy Book (Al-Qur'an) for Russian people in the beginning of 20 century. Unfortunately, Russian scholars entered "the dark era" in Qur'anic Studies, when regime of Soviet-Communist took over the government and launched the atheistic policy and propaganda in second half of 20 century. 

Kata Kunci: Rusia, Orientalis, Orientalisme,

PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAYD MENGENAI METODOLOGI TAFSIR AL-QUR`AN


PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAYD
MENGENAI METODOLOGI TAFSIR AL-QUR`AN


Anwar Mujahidin*





Abstrak
Pembaharuan metodologi tafsir al-Qur`an meniscayakan pergeseran cara pandang terhadap teks al-Qur`an sebagai obyek kajian. Masalah utama dalam studi al-Qur`an adalah mengembalikan kaitan antara kajian al-Qur`an dengan kajian bahasa dan kritik sastra. Antara kajian al-Qur`an dengan sastra tersusun berbagai ilmu yang porosnya satu, yaitu teks, baik teks tersebut berupa al-Qur`an ataupun hadits Nabi. Persoalan tafsir-ta`wil sebagai kajian ilmiah terhadap al-Qur`an bukanlah tingkat obyektivitas atau subyektifitasnya, namun terhindarkannya dari kecenderungan ideologis, yaitu bias interpreter. Abu Zayd, sebagai seorang pemikjir kontemporer menawarkan tiga prinsip dalam penafsiran al-Qur`an, yaitu, perhatian pada makna teks yang asli, kesadaran akan pesan utama (significance), dan mengaktualkan pesan utama ke dalam konteks masyarakakat kontemporer.

Kata Kunci: Metode Tafsir al-Qur`an, Tekstualitas, Nashr Hamid Abu Zayd

Tasawuf Akhlaqi Menurut Al-Qur’an Sebuah Tafsir Sufistik


Tasawuf Akhlaqi Menurut Al-Qur’an
Sebuah Tafsir Sufistik


Andi Eka Putra

 

Abstrak

Akhlak tasawuf adalah sesuatu yang menetap dalam jiwa dan muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Akhlak tasawuf bukanlah perbuatan, kekuatan, dan ma'rifah. Akhlak adalah "hal" atau kondisi jiwa dan bentuknya bathiniah. Al-Ghazali mengkaitkan antara akhlak dan tasawuf sebagai dua dimensi yang tak mungkin terpisahkan. Hal ini merupakan pengembangan ide Ibnu Maskawaih di era klasik, dan sesuai dengan pendapat kalangan Barat modem seperti Kohlberg, John Dewey dan Emile Durkheim. Al-Ghazali membagi akhlak tasawuf dalam Al-Qur’an menjadi mahmudah-munjiyat (baik dan menyelamatkan) dan madzmumah-muhlikat (buruk dan menghancurkan). Akhlak yang baik sesuai pesan Al-Qur’an adalah taubat, khauf, zuhud, sabar, syukur, keikhlasan, dan kejujuran, tawakkal, cinta, ridha, ingat mati. Sedangkan akhlak yang buruk adalah rakus makan, banyak bicara, dengki, kikir, ambisi dan cinta dunia, sombong, ujub dan takabbur serta riya'.

Kata kunci: tasawuf akhlaqi, Al-Qur’an, akhlak tasawuf menurut Al-Qur’an

STUDI NASKAH HADITS; STUDI KITAB SUNAN IBNU MAJAH


STUDI NASKAH HADITS; STUDI KITAB SUNAN IBNU MAJAH

 

K. Muhamad Hakiki*


Abstarak
Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan kajian hadits, maka mendengar nama Ibn Majah, bukanlah nama yang terdengar asing. Karena beliau dikenal sebagai seorang ahli hadits yang mumpuni. Salah satu kitab haditsnya yang dikenal dengan nama Ibn Majah menjadi salah satu referensi utama dalam kajian hadits. Meskipun kitab ini baik akan tetapi dibandingkan dengan kitab-kitab hadits lainnya seperti Sunan an-Nasa’i. Kajian Kitab Sunan Ibnu Majah merupakan kajian yang sangat menarik, mengingat “nasib” kitab ini sempat mengalami usaha tarik menarik diantara para ulama mengenai keberadaan posisinya apakah bisa dimasukan dalam jajaran “elit” kitab  Kutub al-Sittah atau-kah tidak ?. Meskipun pada akhirnya kitab ini memantapkan posisinya pada kelas “elit” kitab dengan posisi paling akhir. Tema besar ini-lah yang akan menjadi sasaran objek kajian dengan melakukan analisis penyebab dikukuhkannya kitab Sunan Ibnu Majah dalam deretan Kutub al-Sittah.

Kata Kunci: Hadits, Ibn Majah, Kitab Sunan Ibn Majah


KADAR DAN OBJEK KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN


KADAR DAN OBJEK KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN

 Yusuf Baihaqi*




ABSTRAK

Terdapat perbedaan di kalangan Ulama dalam menentukan kadar kemu'jizatan Al Qur'an, ada yang berpendapat bahwasanya kadar kemu'jizatan yang dimilikinya adalah seukuran surah terpendek darinya, pendapat lain mengatakan bahwasannya kadar kemu'jizatannya adalah Al Qur'an secara keseluruhan atau Al Qur'an walaupun tidak secara keseluruhan akan tetapi dalam jumlah yang banyak atau bahkan sedikit, ada juga yang berpendapat bahwasannya kemu'jizatan Al Qur'an sesungguhnya terdapat dalam jenis dan kualitasnya, bukan pada besaran dan banyaknya. Kesepakatan ulama dalam melihat adanya tantangan dalam Al Qur'an tidaklah membuat mereka sepakat dalam menetukan siapa yang menjadi objek bagi tantangan tersebut, dikarenakan ada sebagian dari mereka berpendapat bahwasannya hanya dari jenis manusia tantangan tersebut diperuntukkan, sedangkan sebagian yang lain berpendapat, bahwasannya tantangan sebagaimana diperuntukkan untuk jenis manusia, juga diperuntukkan untuk jenis jin.
 
Kata kunci : Kadar, Objek, Mu'jizat, Al Qur'an.


ILMU MUSYKIL AL-HADITS Problematika Terminologi dan Sejarah Perkembangan


ILMU MUSYKIL AL-HADITS
Problematika Terminologi dan Sejarah Perkembangan


Achmad Dahlan*



Abstrak

Sebagai sebuah ilmu, Mustholah hadits telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan periwayatan hadits itu sendiri. Artinya, benih-benih ilmu ini secara alamiah telah muncul sejak zaman para sahabat sebagai generasi pertama perawi hadits. Akan tetapi dalam bentuk yang sistematis, ia baru dibukukan pertama kali –sebagaimana pendapat jumhur ulama hadits- oleh Ar Romahurmuzi dalam kitabnya: al-Muhaddits al-Fashil. Dalam perkembangannya, Mustholah hadits semakin matang dan semakin tersistematiskan dengan jerih payah para ulama yang menulis dalam bidang ini, seperti: Abu Abdillah al-Hakim dalam Ma'rifat Ulum al-Hadits, Ibnu Sholah dalam al-Muqoddimah, Imam An-Nawawi dalam al-Taqrib dll. Walaupun demikian, pada kenyataanya, masih ada beberapa pembahasan yang belum final dikalangan ulama, terutama terkait dengan pendefinisian beberapa terminologi dalam ilmu Mustholah hadits. Salah satu diantaranya adalah  Musykil al-Hadits.

Kata Kunci: Musykil al-Hadits, Problematika, Mushtholah

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM AL-QUR’AN


PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA
DALAM AL-QUR’AN


Oleh: Khairullah[1]




Abstrak

Secara garis besar, peran dan tanggungjawab manusia dapat dibagi kepada tiga  peran utama. Pertama, Manusia sebagai hamba Allah SWT. Barometer peran ini adalah Tauhid. Kedua, Manusia sebagai makhluk sosial. Barometer peran ini adalah sikap  egalitarianisme, tolong menolong, dan toleransi. Ketiga, peran sebagai khalifah fil-ardl yang merupakan pengejawantahan dari peran profetik manusia.
Untuk menjalankan kedua peran di atas bukanlah hal yang mudah. Untuk itu Allah membekali manusia dengan potensi. Dengan bekal potensi itu manusia bersedia menerima amanat tersebut, sehingga memungkinkannya mampu mengemban amanat itu. Lebih jaun lagi, potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat menunaikan amanat tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan amanat dengan baik dan bertanggungjawab.
Potensi itu diwujudkan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya, kemudian menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa untuk membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan untuk kemaslahatan umat manusia.

Kata Kunci: Peran, Tanggungjawab, al-Qur’an


Sabtu, 17 Maret 2012

POTRET MASYARAKAT MADANI DAN TATANAN AL QURAN DALAM AYAT-AYAT MADANIYAH SURAT AL-HUJURAT (Manhaj Pembentukan Masyarakat Berakhlak Islam)


POTRET MASYARAKAT MADANI DAN TATANAN AL QURAN DALAM AYAT-AYAT MADANIYAH SURAT AL-HUJURAT
(Manhaj Pembentukan Masyarakat Berakhlak Islam)


Yusafrida Rasyidin*


Abstrak

Surat Al-hujurat juga hadir untuk mendidik umat dengan menanamkan akhlak yang luhur, amal yang utama dan ke-imanan yang tinggi. Madinah didiami oleh beberapa golongan suku bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang menganut agama dan keyakinan yang berbeda. Corak masyarakatnya yang majemuk ini bertambah kompleks sejak sebagian penduduknya memeluk Islam dan setelah Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya hijrah ke Madinah.

Kata Kunci: Masyarakat Madani


SEBAB-SEBAB IKHTILAF ULAMA DALAM MEMAHAMI AL-QUR'AN DAN AL-SUNNAH


SEBAB-SEBAB IKHTILAF ULAMA DALAM MEMAHAMI
AL-QUR'AN DAN AL-SUNNAH


Mahmudin Bunyamin




Abstrak

Rasulullah saw meninggal dunia memenuhi panggilan Rab-Nya dengan meninggalkan sesuatu yang dijadikan pedoman bagi umat-Nya yang berupa Al-Qur'an dan al-Sunnah. Di samping itu beliau saw telah meninggalkan para sahabat yang selalu berinteraksi dengan-Nya dalam setiap kehidupannya, melihat segala prilaku dan tindak-tanduknya, mendengarkan segala sabda-Nya, menyaksikan turunnya wahyu, mempelajari asbab nuzulnya, sehingga memberikan mereka kemampuan untuk memahami dan mempelajari Al-Qur'an dan al-sunnah.

Kata kunci : Perbedaan pendapat merupakan hikmah ilahiyah.

 

Tafsir Sufi Nazari Dan Isyari: Studi Tentang Corak dan Karakteristiknya


Tafsir Sufi Nazari Dan Isyari:
Studi Tentang Corak dan Karakteristiknya


Andi Eka Putra, M.A.



Abstrak
Perkembangan tafsir di kalangan kaum sufi cukup beragam. Kini ada dua model tafsir sufi, tafsir sufi nazari dan tafsir sufi isyari. Baik tafsir sufi nazari maupun tafsir sufi isyari keduanya bercorak sufistik, atau tafsir yang sering digunakan kaum sufi untuk memahami Al-Qur’an. Bedanya adalah:  kalau tafsir sufi nazari terlampau menekankan pencarian makna ayat-ayat Al-Qur’an secara batin, dan mengabaikan makna lahir, tafsir sufi isyari justru menggunakan keduanya sebagai langkah-langkah untuk memahami teks dengan baik. Secara kontekstual, tampaknya tafsir sufi isyari (atau tafsir yang menguraikan isyarat-isyarat yang terdapat dalam teks secara lahir dan batin) lebih relevan dan sesuai dengan semangat Al-Qur’an.   


Kata kunci: tasawuf, metodologi, tafsir nazari, tafsir isyari

MENGENAL KITAB SYARH AL-ZARQANIY‘ ALA MAWATTHA’ AL-IMAM MALIK


MENGENAL KITAB
SYARH AL-ZARQANIY‘ ALA MAWATTHA’
AL-IMAM MALIK

Muhammad Tauhid


Abstrak

Kitab hadits al-Muwattha’ cukup mendapat perhatian yang besar dari para pensyarah kitab-kitab hadits. Menurut data yang diungkapkan oleh Abd al-Wahhab Abd al-Lathif tatkala mentahqiq kitab Muwttha’ al-Imam Malik Riwayat Muhammad bin al-Hasan al-Syibaniy bahwa terdapat sekitar 92 orang yang mensyarah kitab hadits al-Muwattha’, namun yang terkenal di antara mereka hanya dua belas orang dan al-Zarqaniy tarmasuk urutan nomor sembilan.
Ada tiga alasan sederhana yang menjadi sebab pensyarahan tersebut, Pertama bahwa kitab-kitab syarah sebelumnya tidak banyak terdapat di negerinya,[2] kedua supaya ada kitab syarah al-Muwattha’ lebih sederhana, tidak pendek dan tidak juga panjang, dan ketiga dalam pendlabitan cocok dan cukup untuk orang yang terbatas seperti dia.

METODE BUKHARI DALAM AL-JAMI’ AL-SHAHIH (Tela’ah atas Tashhih dan Tadh’if menurut Bukhari)


METODE BUKHARI DALAM AL-JAMI’ AL-SHAHIH
(Tela’ah atas Tashhih dan Tadh’if menurut Bukhari)

 

Masrukhin Muhsin[1]


Abstrak
Bukhari adalah satu-satunya ahli hadits yang sangat hati-hati dalam menerima hadits, karena ia dikenal sangat teliti dan ketat dalam menverikasi hadits (al-Tashih wa al-Tadh’if). Baginya tidak cukup dikatakan sebuah hadits itu shahih jika tidak menjumpai langsung (al-Liqa’) dengan sumber asalnya (rawi atau gurunya). Metode yang dikembangkan Bukhari demikian menjadikan karya tulisnya al-Jami’ al-Shahih ditempatkan pada peringkat pertama dari kitab-kitab hadits lainnya. Metode yang dikembangkan Imam Bukhari dapat dilihat dari dua sisi: Pertama, dilihat dari penamaan kitabnya al-Jami’ al-Shahih, dan Kedua, langkah-langkah Bukhari dalam melakukan kajian dan penelitian (al-Istiqra) terhadap hadits. Bukhari hanya mengambil para perawi  tingkatan pertama dari lima tingkatan murid al-Zuhri untuk diambil haditsnya. Dengan demikian baik syarat (syuruth al-Shihhah) hadits maupun tingkatan perawinya Bukhari tampaknya selalu mengambil kriteria yang tertinggi.

Kata Kunci: Isytirath al-Liqa’

REORIENTASI WACANA PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG PEREMPUAN


REORIENTASI WACANA PENAFSIRAN
AYAT-AYAT TENTANG PEREMPUAN
 
Siti Masykuroh
 
ABSTRAK
Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara laki-laki maupun perempuan, dan antara bangsa, suku dan keturunan. Banyak ayat al-Qur’an telah menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan adalah semartabat sebagai manusia, terutama secara spiritual. Al-Qur’an menyajikan topik perempuan dalam banyak ayat dan berbagai surat. Namun yang paling banyak adalah dalam surat an-Nisa’, di samping itu surat at-Thalaq sebagiannya juga menyajikan masalah perempuan.
Meskipun secara normatif al-Qur’an memihak pada kesamaan status antara laki-laki dan perempuan, tetapi secara tekstual al-Qur’an memang menyatakan adanya kelebihan tertentu laki-laki daripada perempuan, akan tetapi dengan mengabaikan konteksnya –sebagaimana dikemukakan Asghar Ali- tidak ada kitab suci yang bisa efektif, jika mengabaikan konteksnya sama sekali. Al-Qur’an adalah kitab suci yang keberadaannya abadi, penafsiran terhadapnya tidak bisa dihindari sebagai sesuatu yang relatif
Tulisan ini bukanlah merupakan gugatan terhadap teks-teks suci al-Qur’an itu sendiri, melainkan penafsiran terhadap teks-teks tersebut yang sangat tekstual, dan kurang mementingkan konteks sosial, bahkan dalam beberapa hal sangat dipengaruhi oleh bias dominasi laki-laki terhadap perempuan. Reorientasi terhadap penafsiran yang cenderung mendiskreditkan perempuan adalah sesuatu yang niscaya karena perempuan bukanlah makhluk nomor dua yang keberadaannya hanya sekedar sebagai pelengkap kaum laki-laki.

MANHAJ AL-MUHADDITSIN FI 'ASHR AL-HADITS


MANHAJ AL-MUHADDITSIN
FI 'ASHR AL-HADITS


Masrukhin Muhsin*





Abstrak
Periode modern kira-kira dimulai sejak abad ke-18 Masehi sampai dengan abad ke-19 Masehi dan awal abad ke-20 M. Jika dikonversikan dengan abad tahun hijriyah  antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-14 H. Ada tiga manhaj pada era modern ini, yaitu: Pertama, manhaj al-ghulat dalam hal ini adalah manhaj orang-orang yang cenderung berlebihan dalam melakukan kritik (naqd) terhadap hadis dengan menggunakan standar rasio. Kedua, manhaj jumhur al-muhadditsin yakni mengikuti manhaj imam-imam yang mendapat petunjuk (al-a'immah al-muhtadun), dalam menghormati hadis, memelihara adab yang baik dalam mengkaji rijal al-hadits maupun kutub al-hadits. Ketiga, Manhaj Moderat, yakni manhaj yang menggalakkan pemikiran kritis terhadap hadis namun tetap meyakini eksistensi hadis-hadis mutawatir sebagai hadis yang berfaedah al-'Ilm al-dharuri al-yaqini.

Kata Kunci: Manhaj, Modern

MENYELAMI MAKNA DUNIA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA ( Kajian Tafsir Maudhu’i )


MENYELAMI MAKNA DUNIA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
( Kajian Tafsir Maudhu’i )

 

 Septiawadi


Abstrak

Petunjuk Allah dalam Alquran mengenai dunia tempat manusia menjalani kehidupan menuju kehidupan akhirat bisa dikatakan sebagai informasi dan juga dapat dianggap sebagai konfirmasi. Kajian ini menyorot penggambaran Alquran tentang dunia serta bentuk prilaku manusia ketika menjalani hidup di dunia dengan merujuk pada kronologi ayat.  Isyarat Alquran dapat menjadi konfirmasi bila manusia tidak terperdaya dengan kehidupan dunia yang melalaikan, sebaliknya petunjuk Alquran ini bisa berupa informasi penting bagi mereka yang sering mengabaikan aturan Allah karena sibuk melayani urusan dunia.  

Kata kunci : kehidupan dunia

 

KONTROVERSI DI SEKITAR TAFSIR SUFI


KONTROVERSI DI SEKITAR TAFSIR SUFI


MA. Achlami HS*



Abstrak

Tafsir sepanjamg sejarahnya mengalami perkembangan yang cukup pesat,  baik mengenai metodologi maupun coraknya. Perkembangan itu meluas sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia Islam sebagai konsekuensi dari ekspansi Islam ke wilayah di luar Arab. Kecuali itu, berkembangnya aliran-aliran dalam Islam juga turut mewarnai penafsiran mereka terhadap al-Qur`an. Tafsir sufi yang dikenal dengan tafsîr isyârî adalah salah satu corak tafsir yang telah mengisi lembaran sejarah tafsir. Namun kemunculan tafsir sufi mengundang kontroversi di kalangan ulama, terutama menurut kacamata fuqahâ`. Hal itu terjadi, tidak saja karena tafsirnya yang lebih menekankan pada isyarat makna batin dari lafazh al-Qur`an, tetapi eksistensi para sufi dan tasawuf itu sendiri sering dituduh sebagai ajaran yang membawa kepada paham zindik dan mulhid. Oleh karena itu, analisis ilmiah terhadap tafsir sufi penting untuk dihadirkan dalam tulisan ini sebagai jawaban apakah memang benar demikian.

Kata Kunci: al-Qur`an, tafsir, tafsir sufi, tafsir isyari, kontroversi.

Jumat, 16 Maret 2012

BOLEHKAH ULAMA MUTA'AKHKHIRIN MELAKUKAN KRITIK HADIS?


BOLEHKAH ULAMA MUTA'AKHKHIRIN
 MELAKUKAN KRITIK HADIS?

Muhammad Zaki*

 


A. Pendahuluan
     Sifat dasar hadis yang sebagian besar diriwayatkan secara ahad telah memunculkan permasalahan yang rumit terkait dengan pembuktian otentisitasnya. Hal ini disebabkan, interval waktu yang cukup panjang antara masa Nabi SAW. dengan para penghimpun hadis, terjadinya periwayatan secara makna, pergolakan politik dan perbedaan mazhab, serta adanya ulah tidak bertanggungjawab dari musuh-musuh Islam maupun kalangan muslimin sendiri, baik secara sengaja maupun tidak, yang membuat-buat hadis berdasarkan selera dan motivasi tertentu. Inilah yang menyebabkan sebagian  hadis nyaris hilang otensisitas dan orisinalitasnya.

AHLI BID’AH DAN PEMALSUAN HADITS


 AHLI BID’AH DAN PEMALSUAN HADITS



 Ahmad Isnaeni*







Abstrak

Penelitian ini diarahkan kepada upaya para ahli bid’ah dalam memalsukan hadits. Data diperoleh melalui penelaahan pus-taka, yang dianalisa dengan metode content analisis dan de-duktif. Kemunculan hadits palsu dilakukan oleh para pelakunya dengan berbagai alasan dan motivasi. Dampak yang dimuncul-kannya membuat perpecahan di kalangan umat Islam, demikian pula dalam kehidupan sosial politik. Para ahli bid’ah itu ada yang mengaku telah memalsukan hadits dengan jumlah tertentu untuk kepentingan masing-masing. Ulama hadits bangkit mengadakan pengkajian terhadap hadits palsu yang tersebar di masyarakat dengan membuat standar penerimaan suatu hadits.


Kata Kunci: Ahli Bid’ah, Hadits palsu

DALAM CAHAYA AL-QUR’AN; TAFSIR AYAT-AYAT SOSIAL POLITIK (Pengenalan Terhadap Karya Tafsir Syu’bah Asa)


DALAM CAHAYA AL-QUR’AN;
TAFSIR AYAT-AYAT SOSIAL POLITIK
(Pengenalan Terhadap Karya Tafsir Syu’bah Asa)

Oleh : Ahmad Bastari*


Abstrak

Tulisan ini membahas karya Syu’bah Asa seorang –yang dapat digolongkan – mufasir modern.  Dalam pemaparannya, sangat kontektual selalu aktual dan faktual.  Tafsir Syu’bah tergolong tematik (maudhu’i), tetapi cara penyajiannya tergolong unik.  Karena dalam teorinya tafsir tematik terdiri dari satu tema yang menghimpun sejumlah ayat yang semakna atau relevan dengan tersebut kemudian baru dijelaskan maksudnya, atau cara lainnya adalah dengan mengambil satu surat dengan tema hal yang menonjol dalam surat tersebut.  Tafsir karya Syu’bah merupakan salah satu usaha yang besar dengan terobosan-terobosan pemikiran tafsir, sekalipun ia melakukan pendobrakan terhadap makna tafsir yang dipegangi selama ini serta memberikan interpretasi yang semakin meluas.

Kata Kunci : Tafsir, Syu’bah Asa, Sosial – Politik.

ASPEK BAHASA (Sebuah Bukti Kemukjizatan al-Qur’an)


ASPEK BAHASA
(Sebuah Bukti Kemukjizatan al-Qur’an)

 Yusuf Baihaqi *


Abstrak

Aspek bahasa yang dimiliki oleh Al Qur’an merupakan topik awal dan sentral pembahasan para peminat dan pengkaji Al Qur’an semenjak Al Qur’an itu pertama kali diturunkan dan akan terus berkelanjutan sampai akhir zaman, hal ini tidaklah mengherankan dikarenakan dengan pendekatan bahasa lah makna dan rahasia yang terkandung dalam kalamullah dapat terkuak. Sebagaimana dalam topik kemu’jizatan Al Qur’an, sesungguhnya aspek bahasa lah yang menjadi objek perhatian para begawan dan sastrawan arab disaat mereka ditantang dan diminta untuk mendatangkan semisal nya.

Kata Kunci: Bahasa, Mu’jizat, al-Qur’an


AMTSAL AL-QUR’AN (Analisis Pendekatan Pemahaman terhadap Ayat-ayat Metafora)


AMTSAL AL-QUR’AN
(Analisis Pendekatan Pemahaman terhadap
Ayat-ayat Metafora) 

Khairullah*

Abstrak

Keistimewaan bentuk perumpamaan al-Qur’an (Sighah matsal Qur’ani) ialah bahwa bentuk dan isinya tidak menukil dari peristiwa atau kejadian fiktif yang diulang-ulang. Matsal Qur’ani diciptakan tanpa meniru, dan ia belum pernah ada sebelumnya, bersifat artistic, unik dan kontemporer, sehingga ia memiliki bentuk tersendiri dalam pengungkapan, penyusunan dan pengisyaratan. Perumpamaan dalam al-Qur’an bukanlah perumpamaan terminologis dan bukan pula bagian yang bertolak ukur hanya pada kata dan arti kata semata. Sehingga dapat dibedakan antara Matsal al-Qur’an dan Matsal yang berkembang pada masyarakat Arab.


Kata Kunci: Amtsal, Tasybih, Abstrak, Kongkrit.


AL-DZIKR  DALAM KAJIAN HADITS MAUDHU’I

M. Afif Anshori*


Abstrak
Biasanya, perilaku dzikir diperlihatkan orang hanya dalam bentuk “renungan” sambil duduk mengucapkan lafadz-lafadz Allah.  Akan tetapi, sebenarnya Al-Qur’an memberikan petunjuk, bahwa dzikir itu bukan hanya ekspresi daya ingatan yang ditampilkan dengan komat-kamitnya mulut sambil duduk merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif dalam pelbagai variasi yang aktif dan kreatif. Dari uraian di atas terlihat, bahwa al-dzikr merupakan solusi yang sangat tepat dalam mengatasi perlbagai problema kehidupan modern. Terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme di kalangan pejabat yang merugikan rakyat,  tindak kriminalitas yang semakin meningkat, penyalahgunaan narkoba, dan semua penyakit sosial, adalah diakibatkan  manusia sudah  jauh dari nilai-nilai Ketuhanan, orientasi hidupnya hanya kepada dunia materi. Oleh karena itu, untuk mengembalikan jiwa manusia kepada jati dirinya yang suci, dzikrullah merupakan solusi yang paling tepat.

Kata Kunci: Dzikr, “komat-kamit”
 

HADITS MENURUT MUSTHAFA AL-SIBA’I DAN AHMAD AMIN (Suatu Kajian Komparatif)


HADITS MENURUT MUSTHAFA AL-SIBA’I DAN AHMAD AMIN
(Suatu Kajian Komparatif)
Khairullah

ABSTRAK

Keyakinan umat Islam terhadap posisi dan otentisitas hadits atau sunnah pada masa Nabi SAW tidak terdapat persoalan, karena jika mereka menemukan sesuatu yang meragukan atau yang belum jelas bisa langsung melakukan konfirmasi kepada Nabi SAW. Lain halnya pasca wafatnya beliau sampai sekarang, problematika hadits sudah sedemikian rupa, yang berujung kepada terbukanya tabir untuk melihat keberadaannya sebagai otoritas keagamaan. Seperti halnya dilakukan oleh Ahmad Amin dalam bukunya Fajr al-Islam, yang melakukan kritik terhadap beberapa hal tentang hadits. Menurutnya, orisinalitas hadits pasca wafatnya Nabi SAW patut dipertanyakan. Sementara Musthafa al-Siba’I melakukan counter terhadap pemikiran Ahmad Amin dengan mengemukakan bukti-bukti historis orisinalitas hadits. Dalam pandangan Musthafa al-Siba’I, kiritk Ahmad Amin terhadap hadits kurang didasari oleh argumentasi yang kuat, bahkan argumentasi yang dibangun lebih bersifat asumtif, generalisasi dan tekstual.


KATA KUNCI: Hadits, Musthafa al-Siba’I, Ahmad Amin

ILMU AL-JARH WA AL-TA’DIL; MENGUKUR KUALITAS PERAWI HADITS


ILMU AL-JARH WA AL-TA’DIL;
MENGUKUR KUALITAS PERAWI HADITS

Abdul Malik Ghozali*

Abstrak

Untuk mengukur ke-adalah-an dan ke-dhobit-an seorang perawi tidak mudah. Sehingga acapkali suatu hadits, berstatus shohih menurut satu kelompok, tapi juga berstatus dhoif menurut kelompok yang lain. Belum lagi, statement yang digunakan untuk mengukur ke-adalah-an dan ke-dhobit-an perawi berbeda-beda antara satu ahli hadits dengan ahli hadits yang lain.

Kata Kunci: al-Jarh wa al-Ta’dil


Kamis, 15 Maret 2012

PRO KONTRA HERMENEUTIKA AL-QUR’AN


PRO KONTRA HERMENEUTIKA AL-QUR’AN

Oleh: Ahmad Isnaeni*

Abstrak

Para ilmuan atau ulama tidak banyak mempertentangkan bahwa "ilmu itu bebas nilai". Makna dari ungkapan ini paling tidak menyimpulkan akan kenetralan sutu ilmu, teori, metodologi atau seperangkat pengetahuan lainnya. Kebenaran tidak pernah memihak, hanya obyektifitaslah yang dituntut di dalamnya. Hal ini tampaknya, tidak sepenuhnya berlaku bagi hermeneutika, yang tidak lain sebagai metodologi untuk memahami suatu teks –termasuk teks keagamaan. Banyak pertentangan yang mengemuka ketika hermeneutika hendak digunakan dalam memahami teks keagaman khususnya terhadap teks keagamaan Islam. Gelombang penolakan itu muncul dari kalangan Islam yang memandang hermeneutika sebagai produk non-muslim atau orang kafir dan merupakan alat untuk memahami Bibel dan tradisi intelektual Kristen. Problema ini lebih menarik lagi, ketika dibandingkan dengan filsafat –yang konon berasal dari Yunani, yang notebene Kristen atau Barat. Tetapi perjalanan filsafat untuk masuk ke dunia pemikiran Islam tidak sesulit hermeneutik.

Kata Kunci: Hermeneutika, al-Qur’an

Rabu, 14 Maret 2012

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PEMAHAMAN AL-QUR’AN: Dari Teori Darwin Sampai Penjelajahan Ruang Angkasa


KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PEMAHAMAN AL-QUR’AN:
Dari Teori Darwin Sampai Penjelajahan Ruang Angkasa






I. Teori Darwin
Kekeliruan sebagian cendekiawan Islam yang mengingkari teori evolusi Darwin (1804-1872) dengan beberapa ayat Al-Quran, atau mereka yang membenarkan dengan ayat-ayat lainnya. Memang, tak sedikit dari cendekiawan Islam yang mengakui kebenaran teori tersebut. Bahkan lima abad sebelum Charles Darwin, 'Abdurrahman Ibn Khaldun (1332-1406) menulis dalam kitabnya, Kitab Al-'Ibar fi Daiwani Al-Mubtada'i wa Al-Khabar (dalam mukadimah ke-6 pasal I) sebagai berikut:

ANALISIS KRITIS TERHADAP HADIS-HADIS MISOGINIS: PEREMPUAN TIDAK BOLEH JADI PEMIMPIN, WANITA DICIPTAKAN DARI TULANG RUSUK, DAN PEREMPUAN KURANG AKAL DAN AGAMANYA (BAGIAN KEDUA)


ANALISIS  KRITIS TERHADAP HADIS-HADIS
MISOGINIS:  PEREMPUAN TIDAK BOLEH JADI PEMIMPIN, WANITA DICIPTAKAN DARI TULANG RUSUK, DAN PEREMPUAN KURANG AKAL DAN AGAMANYA (BAGIAN KEDUA)


Oleh

Muhammad Zaki Syech Abubakar
Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung


Dalam bab ini penulis akan melakukan analisa terhadap hadis-hadis misoginis menggunakan pendekatan kritik hadis modern. Dalam hal pemahamannya penulis lebih cenderung menggunakan pemahaman kontekstual dengan pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan sebelumnya. Dari sepuluh hadis yang dicantumkan, diambil enam buah hadis saja untuk dianalisa yang menurut penulis sangat populer di masyarakat dan telah dinilai shahih oleh  ulama, yaitu:

  1. Hadis Tentang Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin
Teks hadisnya:

لن يفلح قوم ولو أمر هم امرأة  (رواه البخاري)
Tidak akan sukses suatu kaum yang menyerahkan urusannya pada kaum perempuan”. (H.R. Al-Bukhari)

ANALISIS KRITIS TERHADAP HADIS-HADIS MISOGINIS: PEREMPUAN HARUS MEMENUHI KEBUTUHAN BIOLOGIS SUAMINYA, BESARNYA HAK SUAMI ATAS ISTRINYA, DAN KEUTAMAAN PEREMPUAN SALAT DI RUMAHNYA (BAGIAN KETIGA)


ANALISIS  KRITIS TERHADAP HADIS-HADIS MISOGINIS: PEREMPUAN HARUS MEMENUHI KEBUTUHAN BIOLOGIS SUAMINYA, BESARNYA HAK SUAMI ATAS ISTRINYA, DAN KEUTAMAAN PEREMPUAN SALAT DI RUMAHNYA
(BAGIAN KETIGA)


Oleh

Muhammad Zaki Syech Abubakar
Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung



  1. Hadis Tentang Perempuan Harus Memenuhi Kebutuhan Biologis Suaminya
Teks hadisnya:
إذا دعا الرجل امرأته إلى فراشه فأبت فبات غضبان عليها لعنتها الملائكة حتى تصبح  (رواه البخاري وأبوداود والترمذي)
Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur lalu ia tidak menemuinya kemudian marah maka seorang istri akan dilaknat malaikat sampai pagi harinya.” (H.R. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan Al-Tirmidzi).