Rabu, 25 September 2013

Implikasi Keragaman Mushaf Al-Qur’an Terhadap Dinamika Pemikiran Islam

Implikasi Keragaman Mushaf Al-Qur’an
Terhadap Dinamika Pemikiran Islam




Oleh:
Alamsyah


Abstrak
Kebolehan untuk berbeda dalam bacaan al-Qur’an dan penulisan mushaf pada masa Nabi SAW dan era sahabat menjadi langkah awal prinsip kebebasan yang mendorong lahirnya kreatifitas, inovasi dan ijtihad dalam Islam. Kejayaan peradaban Islam masa lalu muncul dari adanya semangat untuk terus melakukan penemuan dan rekonstruk-si pemikiran serta didukung oleh lingkungan yang memberi-kan kebebasan dalam berpikir, berekspressi dan berpen-dapat. Oleh karena itu, pemikiran Islam tidak pernah ber-henti, tetapi harus mengalami pembaruan terus menerus. Semua tingkat kemajuan itu tidak lepas dari pengaruh pola pemikiran atau pemahaman Islam yang logis, rasional dan kontekstual. Ketika nalar sehat dan berpikir logis-kritis dibungkam, saat pembakuan telah berubah menjadi pembe-kuan, maka kemunduran bahkan keruntuhan peradaban tidak lagi dapat dihindari.

Kata kunci: Mushaf, Sab’ah Ahruf, Tekstual dan Kontekstual


KONTEKSTUALISASI HADIS NABI DALAM DUNIA MODERN (Kajian dan Terapan)

KONTEKSTUALISASI HADIS NABI  
 DALAM DUNIA MODERN
(Kajian dan Terapan)



Alamsyah*



Abstrak

Kondisi sosial-politik dan orientasi umat Islam yang terus berubah sangat mempengaruhi perspektif dan pola pemikiran dalam menggali, mengkaji, dan memahami hadis. Berbagai metode dapat dilalui untuk memahami Sunnah, seperti reinterpretasi, takwil dan tekstual. Seharusnya dua aspek Sunnah Nabi (metode Nabi dan contoh prakteknya) dipelajari secara seimbang, jangan mengkaji aspek praktek yang bersifat harfiyah-teknis-sektoral, dan kurang memperhatikan aspek metode dan pola pikir Nabi yang bersifat substansi-komprehensif. Akibatnya Sunnah Nabi pun menjadi hadis dan didefinisikan sekarang ini. Padahal hadis hanya media teks dan informasi yang dibawa periwayat dan ditransmisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan belum tentu menjadi Sunnah Nabi

Kata Kunci: Kontekstualisasi, hadis Nabi, dunia modern

Sorotan atas Penulisan Hadis; Telaah atas Pemikiran Goldziher dan Azami

Sorotan atas Penulisan Hadis;
Telaah atas Pemikiran Goldziher dan Azami




Oleh:
Ahmad Isnaeni[1]


Abstrak
Tulisan ini akan mendiskusikan pendapat Sarjana Barat, diwakili oleh Ignaz Goldziher, yang menyoroti asal usul sunnah Nabi. Kemudian disandingkan dengan pemikiran Mustafa Azami, pemikir muslim yang akrab dengan studi hadis di Barat. Alasan memilih sosok Goldziher, sebab di kalangan Sarjana Barat,  pemikiran Goldziher dianggap sebagai pioner dari maraknya studi hadis di Barat. Pemikiran hadis Goldziher turut memberi warna secara turun temurun dalam tradisi kajian hadis di kalangan orientalis.. Sebagaimana dimaklumi, Barat dalam menyikapi eksistensi hadis, secara umum terbagi tiga sikap dalam studi hadis; skeptis, sanguine (non-skeptis), dan middle ground. Dari bahasan ini akan terlihat bagaimana minat yang besar dalam diri Goldziher dan beberapa sarjana Barat lain atas kajian sunnah Nabi saw. Sisi lain, Azami diangkat dalam tulisan ini karena turut meramaikan perbincangan tentang hadis dan sunnah Nabi saw. Pemikiran utama Azami adalah untuk menyingkap kelemahan dan kekeliruan sorotan Barat terhadap sunnah Nabi saw. Irama perdebatan yang diikuti oleh Azami dalam arus pemikiran Barat cukup memberi warna, meskipun dari beberapa kalangan Barat, hasil kajian Azami dinilai kurang obyektif dan bersifat apologis.

Kata Kunci: hadis, otentisitas, historisitas


Hadits Ahad (Studi Kehujjahan Hadits Ahad Dalam Aqidah)

Hadits Ahad
(Studi Kehujjahan Hadits Ahad Dalam  Aqidah)




Oleh:
Ahmad Zumaro[1]


Abstrak
     Ajaran nabi yang tertuang dalam hadits/sunnah memang menjadi sesuatu yang hangat diperbincangkan baik dari segi sanad maupun matan;kalangan intern maupun ekstern (non-muslim). Usaha ulama untuk menjaga dalam memilah hadits sangatlah ketat untuk menjaga kevaliditasan suatu hadits. Penerimaan  hadits dari banyaknya perowi dari tiap thobaqot menimbulkan istilah sendiri dan menjadi polemik dalam penggunaannya masalah aqidah. Ahad-Mutawatir istilah ini menjadi diskusi panjang di kalangan para ulama mutaqoddimin dan mutakhirin dengan argumennya masing-masing, karena itu masih ada peluang bagi kita untuk meninjau kembali kehujjahan hadits ahad dalam masalah aqidah.

Kata kunci: ahad, mutawatir dan hujjah


Kesehatan Mental; Persepektif Al-Quran Dan Hadis

Kesehatan Mental;
Persepektif Al-Quran Dan Hadis





Oleh:
Ahmad Zumaro[1]



Abstrak
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang terdiri dari dua sisi; jasmani dan rohani. Kedua sisi ini wajib dipenuhi kebutuhannya bagi setiap individu untuk mencapai keseimbangan hidup, tapi manusia kadang melupakan kebutuhan sisi rohani dan selalu memenuhi kebutuhan jasmaninya, sehingga terjadilah ketimpangan. Ketimpangan ini menyebabkan ketidak seimbangan dalam diri seseorang sehingga manusia tidak sadar bahwa dirinya sudah mengalami “sakit kejiwaan”. Untuk mengenal dan memahami gejala itu semua islam memberikan gambaran yang jelas bagaimana seseorang yang dihinggapi penyakit rohani dan islam juga memberikan solusi yang harus dijalani oleh setiap manusia untuk menyembuhkan penyakit mental.

Kata Kunci : Kesehatan, Mental, Al-Qur’an, dan Hadis

Otensitas Dan Integritas Mushaf ‘Usmani

Otensitas Dan Integritas Mushaf ‘Usmani




Oleh:
Ahmad Muttaqin[1]

Abstrak
Meskipun keberadaan Mushaf ‘Usmani sudah berumur ribuan tahun, akan tetapi eksistensi dan otentisitasnya kerapkali mendapatkan gugatan. Gugatan itu terutama muncul dari kalangan orientalis sampai hari ini. Tulisan ini mencoba menelusuri dan melacak argumentasi untuk menolak berbagai jenis gugatan yang dilancarkan oleh para Orientalis itu. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa otensitas dan integritas Mushaf ‘Usmani tetaplah terjaga, beberapa bukti adanya perbedaan penulisan antara mushaf-mushaf ‘Usmani dengan mushaf sebaran yang dilakukan ‘Usman tidaklah mengakibatkan berkurangnya otensitas mushaf ‘Usmani. Berkaitan dengan adanya inkonsistensi tulisan yang terdapat dalam mushaf ‘Usmani sendiri, memang ditemukan, namun secara substansi tidak mengurangi otensitas mushaf itu sendiri, selama bacaan yang dimiliki kaum muslimin adalah benar, dan memang pada faktanya berbedanya tulisan tersebut tidak menyebabkan perbedaan kaum muslimin dalam membacanya. Adanya riwayat-riwayat dari sahabat yang mengemukakan bahwa ada beberapa ayat al-Qur’an yang tidak tercantum dalam mushaf, pada dasarnya disebabkan kekeliruan dalam mengidentifikasi antara hadits dan al-Qur’an, hal ini dalam kondisi tertentu dapat dimaklumi, mengingat antara hadits dan al-Qur’an dari segi Mukhatib (Pembicaranya) adalah sama yakni Rasulullah saw.

Kata Kunci: Otensitas, Integritas, Mushaf ‘Usmani

Pemikiran Tafsir Muhammad Abduh

Pemikiran Tafsir Muhammad Abduh





Oleh :
Ahmad Isnaeni[1]

Abstrak
Sejarah membuktikan, Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur mengitari peristiwa yang ada sebagai jawaban. Problematika kehidupan itu dapat teratasi secara konseptual dengan turunnya sebagian ayat al-Qur’an melalui lisan Nabi saw. Secara umum umat Islam meyakini bahwa kandungan al-Qur’an terus berlaku sepanjang masa dan keadaan (shalih li kulli zaman wa makan). Keyakinan ini terbukti nyata dengan terus munculnya kitab-kitab tafsir sepanjang masa, dengan metode dan corak masing-masing. Muhammad Abduh salah satu mufassir yang mencoba mengaitkan ayat-ayat al-Qur’an dengan kehidupan nyata. Mendekati ayat demi ayat melalui pendekatan akal dan kebebasan berpikir menjadi landasan Abduh untuk mencoba meyakinkan bahwa al-Qur’an selalu mampu menjawab permasalahan hidup. Corak tafsir model Abduh tampaknya tidak seiring dengan kebanyakan ulama tafsir yang cenderung bil ma’tsur.

Kata Kunci: Tafsir, Al-Qur’an, Muhammad Abduh

Al Mushafahah Dalam Perspektif Hadits

Al Mushafahah Dalam Perspektif Hadits




Oleh:
Ahmad Bastari


Abstrak
Masalah mushafahah (berjabat tangan) tetap menjadi actual untuk didiskusikan, karena masih banyak sikap kaum muslimin yang belum sesuai dengan tuntutan atau apa yang dicontohkan Rasulullah SAW. Ada sebagian masyarakat yang enggan berjabat tangan bila berjumpa dengan kaum muslimin lainnya, karena menganggap hal demikian terlalu bersikap formal dan latah atau tertular kebiasaan barat. Sebaliknya di sisi lain ada sebagian muslim yang beranggapan boleh berjabat tangan dengan siapa saja, baik antara pria dengan pria, antara wanita dengan wanita maupun wanita pria dengan wanita yang bukan mahramnya. Hikmah mushafahah adalah untuk mempererat silaturahim atau memperkokoh persaudaraan, menghilangkan rasa dengki, untuk mengakhiri pertikaian, persengketaan, sebagai simbolik telah saling memaafkan. Allah SWT. Mengampuni dosa-dosa kaum muslimin yang melakukan mushafahah bila dilakukan dengan penuh ketulusan demi melaksanakan anjuran Allah SWT. Dan rasulNya

Kata Kunci: Al Mushafahah, Etika, Hadits

Jihad Dalam Tafsir Fi Dhilal Al-Qur'an (Kajian Surah Al Nisa’ Ayat 95)

Jihad Dalam Tafsir Fi Dhilal Al-Qur'an
(Kajian Surah Al Nisa’ Ayat 95)





Oleh :
Ahmad Bastari[1]


Abstrak
Doktrin tentang jihad sangat menarik untuk dikaji mengingat tema ini saat ini sedang ramai diperbincangkan. Dan di antara banyak tokoh pemikir Islam yang menarik untuk didiskusikan  adalah Sayyid Quthb. Ada beberapa alasan pemilihan tokoh ini, diantaranya; Pertama, karena tokoh ini adalah tokoh pergerakan Ikhwan al-Muslimin di Mesir; Kedua karena ia mempunyai banyak karya, dan salah satu karya yang menjadi rujukan utama dalam kajian ini adalah Tafsir Fi Dhilal Al-Qur'an.

Kata Kunci: Jihad, Tafsir, Fi Dhilal Al-Qur'an, Sayyid Quthb

Periwayat Hadis Dalam Kitab Musnad Imam Asy-Syafi’i (Telaah atas Kriteria dan Konsistensinya)

Periwayat Hadis Dalam Kitab 
Musnad Imam Asy-Syafi’i
(Telaah atas Kriteria dan Konsistensinya)




Oleh:
Ahmad Isnaeni[1]


Abstrak
Kaidah keshahihan hadis Imam asy-Syafi’i mencakup semua bagian hadis, sisi sanad dan matan. Kriteria Sanad secara tegas meliputi aspek keadilan dan kedhabitan periwayat. Secara teoritis, kualitas hadis yang diterima menurut kriteria tersebut jelas menduduki predikat otentik. Akan tetapi hal ini perlu ditelaah lebih lanjut ke dalam kitab musnadnya. Benarkah kriteria dan persyaratan seorang periwayat yang siqah dan dhabit telah tercukupi dan mengikuti standar yang ada dan yang telah ditetapkannya. Tulisan ini bertujuan menganalisa kriteria keshahihan hadis yang telah dipaparkan oleh Imam asy-Syafi’i. Analisa ini dilakukan dengan menelaah para periwayat (rijal) hadis yang terdapat di dalam kitab Musnadnya. Benarkah semua persyaratan dan kriteria yang beliau paparkan benar-benar terdapat di dalam kitabnya tersebut.

Kata Kunci: Periwayat, Musnad, Imam asy-Syafi’i