MENYIKAPI HADIS-HADIS MISOGINIS
Oleh:
Alamsyah
Dosen Fakultas
Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung
I. PENDAHULUAN
Salah
satu masalah hangat dibicarakan saat ini adalah terjadinya perlakuan tidak adil
atas kaum perempuan, mulai dari kehidupan rumah tangga sampai kepada lingkup
negara. Banyak kasus terungkap terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,
eksploitasi ekonomi dan seksual, keterbelakangan pendidikan dan sosial, korban
steriotipe sehingga perempuan menjadi kelompok marjinal dan minoritas di tengah
jumlahnya yang mayoritas.
Implikasi
dari steriotipe ini muncul anggapan perempuan itu memang rendah, bodoh, lemah,
sehingga wajar jika miskin dan terbelakang. Ungkapan ini bahkan tercetus oleh
perempuan itu sendiri, lalu diyakini sehingga hidupnya selalu tergantung dan
tidak berdaya. Kaum perempuan dianggap sebagai makhluk kelas dua,
dieksploitasi, dan dimanipulasi, baik secara insidental maupun sistematis.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya dilihat sebatas identitas
jenis kelamin dan kodrat fisik (atau sex) yang memang tidak berubah,
tetapi juga menular secara negatif kepada perlakuan peran, fungsi, kedudukan,
kualitas dan prestasi (atau Gender).
Oleh
karena itu, dalam realitas masyarakat banyak terjadi fenomena kekerasan
terhadap perempuan, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), eksploitasi
ekonomi dan seksual, keterbelakangan pendidikan dan sosial, korban steriotipe,
marjinal dan minoritas. Realitas
tersebut ternyata didukung oleh masih ada pandangan miring (steriotipe) seperti
bahwa perempuan itu rendah, bodoh dan lemah
(bahkan oleh perempuan sendiri). Akibatnya terjadi ketimpangan status dan peran
sosial, marjinalisasi dan kemiskinan, keterbelakangan dan kemunduran serta ketergantungan
dan ketidakberdayaan.
Fakta realitas menunjukkan memang
ada pandangan yang timpang dan miring terhadap perempuan yang ternyata memakai teks-teks
keagamaan, terutama hadis Nabi, sebagai
alat legitimasi. Bahkan banyak
hadis-hadis yang dijadikan sebagai alat pembenaran untuk memojokkan kaum
perempuan atau untuk diberikan label-label yang merendahkan. Reaksi perlawanan lalu
muncul dengan membangun teori ada kelompok konspirasi yang sengaja membuat
hadis-hadis untuk menghina perempuan, atau hadis misoginis, seperti termuat dalam
berbagai kitab tafsir yang sudah populer, maupun kitab hadis dan syarahnya.Dalam
tulisan ini akan dikaji fenomena hadis-hadis misoginis.