Rabu, 02 Oktober 2013

Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar

Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar




Oleh:
Jayusman[1]


 Abstrak
Penentuan awal waktu salat Asar bersifat ijtihadiyah. Ada tiga pendapat dalam penentuan awal waktu Asar ini; Kelompok pertama menyatakan bahwa awal waktu Asar terkait dengan fenomena bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan benda itu ditambah dengan bayang-bayang pada waktu Zuhur. Kelompok kedua menyatakan fenomena bayang-bayang suatu benda dua kali panjang benda ditambah dengan bayang-bayang pada waktu Zuhur. Kelompok ketiga menyatakan waktu  Asar itu adalah pertengahan antara salat Zuhur dan salat Magrib. Selanjutnya dalam makalah ini akan dilihat juga dalil yang menjadi landasan pendapat-pendapat tersebut

Kata Kunci: Awal Watu Salat Asar, Bayang- Bayang Benda

Studi Naskah Tafsir Al-Qur’an Al-Karim; Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Karya Muhammad Quraish Shihab


Studi Naskah Tafsir Al-Qur’an Al-Karim;
Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Karya 
Muhammad Quraish Shihab




Oleh:
Kiki Muhamad Hakiki[1]

Abstrak
Fokus kajian penelitian ini adalah memotret karakteristik “Tafsir Al-Qur’an Al-Karim; Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Karya Muhammad Quraish Shihab”. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karya Quraish Shihab ini mempunyai karakteristik yang unik. Keunikan itu terlihat dari uraiannya yang menggunakan metode tahlili murni. Akan tetapi yang menarik dari tafsir ini adalah bukan tahlili sebegaimana yang didefinisikan bahwa dalam menafsirkan ayat, penafsir akan menfsirkan ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan apa yang terdapat dalam mushaf dari surah al-Fatihah sampai suran an-Nas. Akan tetapi ia menafsirkan dengan cara menyusun surah-surah dalam hal ini surah-surah pendek berdasarkan turunnya wahyu. Sedangkan dilihat dari corak tafsir yang digunakan, tafsir ini bercorak Adabi.

Kata Kunci: Karakteristik, Tafsir, Al-Qur’an, Muhammad Quraish Shihab

Diskursus Munâsabah Al-Qur’an: Menyoal Perdebatan Otentisitas Al-Qur’an

Diskursus Munâsabah Al-Qur’an:
Menyoal Perdebatan Otentisitas Al-Qur’an





Oleh:
Hasani Ahmad Said[1]

Abstrak

Studi kajian terhadap Alquran telah berjalan dalam sejarah yang cukup panjang. Alquran adalah wahyu Ilahi yang berisi nilai-nilai universal kemanusiaan. Ia diturunkan untuk dijadikan petunjuk, bukan hanya untuk sekelompok manusia ketika ia diturunkan, tetapi juga untuk seluruh manusia hingga akhir zaman. Dari ulama klasik hingga sekarang puluhan atau bahkan ratusan buku yang mengkaji akan kemukjizatan Alquran. Bahkan, Alquran sendiri menyatakan dirinya sebagai mukjizat. Tetapi tidak demikian dengan para ilmuan Barat dan orientalis. Bahkan mereka mempertanyakan otentisitas Alquran. Salah satu kajian yang menjadi diskursus perdebatan adalah aspek munâsabah. Maka, tulisan ini penting untuk didiskusikan dalam rangka menjawab keraguan tersebut.

Kata Kunci: Munâsabah, otentisitas, Alquran.      

Hadis-Hadis Misoginis: Wacana Pemahaman Hadis, Menggali Akar Sosio-Kultural

Hadis-Hadis Misoginis:
Wacana Pemahaman Hadis,  Menggali Akar Sosio-Kultural




Oleh:
Hasani Ahmad Said[1]

Abstrak:
Kajian masalah hadis misoginis, menjadi topik yang masih hangat, seiring dengan pembahasan hak-hak asasi manusia yang tidak hanya berimplikasi pada permasalahan wanita itu sendiri, tetapi masuk dalam dataran politik, ekonomi, hukum bahkan berimbas pula pada pembahasan agama, termasuk Islam, hingga pada relung-relung keyakinan pribadi pada setiap orang, yang tak ayal menimbulkan perdebatan. Dalam berbagai literatur diungkap tentang bagaimana Islam mengentaskan berbagai ketidakadilan terutama jika dikaitkan dengan persoalan kaum perempuan dari penindasan. Tulisan ini mencoba menganalisis secara objektif beberapa teks di dalam doktrin ajaran Islam yang sering dikaji dengan bebas sebagai senjata untuk menisbahkan sebab-sebab kemunduran wanita di dalam Islam. Dikarenakan teks-teks itu pula, budaya dominasi laki-laki atas perempuan terbentuk sejalan dengan keyakinan atas doktrin tersebut. Tulisan ini juga akan membahas tentang format penelitian hadis-hadis misoginis. Kajian dilakukan sebagaimana penelitian hadis yang ada dengan memberikan nuansa gender maintreaming dengan menghidangkan peroalan yang sering muncul di mayarakat di antara yaitu: hadis kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai hamba, hadis tentang wanita diciptakan dari tulang rusuk, hadis tentang perhiasaan adalah istri yang shalihah, hadis tentang wanita adalah aurat dan hadis tentang pemimpin perempuan.

Kata Kunci: Wacana, Hadis, Misoginis, Sosio-kultural

Solusi Al-Quran Dalam Menghadapi Tantangan Feminisme Modern (Telaah Risalah Al-Hijab Dalam Kitab Risalah Nur)

Solusi Al-Quran Dalam Menghadapi
Tantangan Feminisme Modern
(Telaah Risalah Al-Hijab Dalam 
Kitab Risalah Nur)



Oleh:
Erika Septiana[1]

Abstrak
       Era globalisasi yang merupakan dampak dari peradaban modern yang terus bergulir belakangan ini menjadi titik tolak munculnya berbagai reformasi pemikiran berbagai konsep kehidupan kaum muslim. Feminisme adalah salah satu realitas modernisasi yang terjadi dalam perkembangan pemahaman umat, terutama dalam mempertegas berbagai produk hukum Islam bagi para muslimah di dunia ini. Berawal dari perbedaan fisik yang dinilai lebih “lemah” dari pendahulunya, yaitu laki-laki, maka penafsiran mengenai berbagai ayat yang berkaitan dengan perempuan “seolah” mendiskreditkan perempuan sebagai mahluk yang membutuhkan perlindungan dan tidak mandiri. Sehingga dampak yang muncul dari persepsi ini kemudian memaksa  perempuan untuk “pasrah” menerima kondisi yang sesungguhnya bahkan terampas hak hidupnya sebagai manusia.


Kata Kunci: Al-Qur’an dan Feminisme Modern, Al-Hijab, Kitab Risalah Nur

SUBYEKTIVITAS DAN OBYEKTIVITAS DALAM STUDI AL-QUR`AN (Kontribusi Paul Ricoeur dan Muhammad Syahrur)

SUBYEKTIVITAS DAN OBYEKTIVITAS DALAM STUDI
AL-QUR`AN (Kontribusi Paul Ricoeur dan
Muhammad Syahrur)




Anwar Mujahidin

 

Abstrak

Masalah dasar-dasar ilmiah bagi tafsir al-Qur`an kontemporer sangat mendesak untuk diperdebatkan dipanggung akademik studi al-Qur`an. Perdebatan antara penggunaan akal (bi al-ra`yi) dan penggunaan riwayat (bi al-ma`tsur) dalam studi al-Qur`an sama sekali tidak menghantarkan pemikir Islam kontemporer pada suatu dasar-dasar metodologi tafsir yang yang bisa dipertanggung jawabkan, karena perdebatan dua metode klasik di atas hanya membawa pemikiran Islam jumud dan berputar-putar pada pertarungan idiologi antar kelompok yang semakin menjauhkan umat dari petunjuk yang dimaksudkan al-Qur`an. Paul Recoeur adalah filosof asal Perancis yang menekuni kajian teks (hermeneutika) dan Muhammad Syahrur adalah seorang muslim yang menjadi dosen teknik di universitas Damaskus yang tertarik menekuni studi al-Qur`an. Kedua tokoh memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam meletakkan dasar-dasar metode tafsir kontemporer, terutama bagaimana konsep teks dan hubungan antara teks,  pengarang (author) dan pembaca (reader). Apakah ada standar obyektifitas dalam studi al-Qur`an, bagaimana juga hak peneliti yang sekaligus sebagai pembaca. Masalah inilah yang dikupas dalam makalah ini.

Kata Kunci : Tafsir, Hermeneutika, Teks, al-Qur`an, Subyektif,      Obyektif.  

Konsumerisme Dan Kosumisme Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur`an

Konsumerisme Dan Kosumisme
Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur`an




Oleh:
Anwar Mujahidin[1]


Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Tafsir al-Misbâh terdapat paradigma baru mengenai harta sebagai “milik” bersama yang harus menghasilkan manfaat bersama. Harta merupakan pokok kehidupan, namun tidak seperti pandangan materialis yang menempatkan harta di atas segalanya. Prinsip tersebut berimplikasi pada prinsip-prinsip konsumsi dalam al-Qur`an. Konsumsi bahkan pada barang-barang mewah tidak dilarang, namun dikendalikan sehingga tidak kelas kaya dan miskin. Hubungan yang punya dan yang lemah secara ekonomi, tidak hanya sekedarhubungan kedermawanan antara yang kaya dan yang lemah yang bersifat pribadi namun di dasarkan pada cita-cita mewujudkan keadilan sosial dan hubungan harmonis antara sesama manusia.

Kata Kunci : Tafsir al-Qur`an, Harta, Konsumsi, Masyarakat

TAFSIR AL-QUR`AN UNTUK KERAGAMAN DAN KONFLIK DALAM MASYARAKAT

TAFSIR AL-QUR`AN UNTUK
KERAGAMAN DAN KONFLIK DALAM MASYARAKAT




Anwar Mujahidin
 
Abstrak

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana bentuk pemahaman terhadap teks suci yang membuahkan penghargaan pemeluknya terhadap realitas keragaman masyarakat. Penafsiran terhadap teks suci (al-Qur`an dan hadits) yang berorientasi teologis dengan mengabaikan realitas penafsir dan pembaca akan menghasilkan pemahaman keagamaan yang tertutup dengan melegitimasi hasil penafsiran dan pemahamannya terhadap teks suci sebagai teks suci itu sendiri yang mutlak. Penafsiran seperti ini akan melahirkan otoritarianisme keagamaan yang menafikan perbedaan pendapat dan pemikiran. Sebaliknya penafsiran yang mengakui kreatifitas sekaligus kenisbian sang penafsir sebagai manusia akan membuka cakrawala makna yang kaya dan dapat mengoptimalkan fungsi al-Qur`an sebagai petunjuk umat manusia.  Pemahaman keagamaan yang mengakui akan keragaman telah dipraktekkan oleh Nabi ketika membangun negara Madinah dengan membuat perjanjian yang disebut Piagam Madinah antar umat Islam, Yahudi dan suku-suku yang ada di Madinah.

Kata Kunci: Tafsir al-Qur`an, Pluralisme


Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme (Telaah Ayat-Ayat Berwawasan Lingkungan)

Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme
(Telaah Ayat-Ayat Berwawasan Lingkungan)







Oleh:
Junaidi Abdillah[1]

Abstrak
Mainstream yang berkembang bahwa alam semesta ini disediakan oleh Tuhan hanya untuk kemakmuran manusia, membuat eksplorasi atas sumber daya alam ini makin brutal tak terkendali. Agama-agama samawi juga ditengarai kuat menanamkan  paham antroposentrisme pada pemeluknya. Sehingga, muncul pandangan bahwa penyebab kerusakan lingkungan dan alam tersebut diakibatkan paham antroposentrisme  tersebut. Islam sebagai salah satu agama samawi juga tidak luput dari tudingan tersebut. Karenanya, tulisan ini bermaksud membongkar paradigma tafsir bias antroposentisme dalam Islam. Dengan metode maudlu’i, penulis mengumpulkan dan mengelaborasi ayat-ayat berbasis ekologi. Pendekatan yang dipakai adalah bayani dan hermeneutika. Sedangkan content analysis sebagai pisau bedahnya. Tulisan ini bertujuan menemukan pesan-pesan tafsir berbasis lingkungan dalam perspektif ekologi Islam.

Kata Kunci: Lingkungan, Tafsir, Antroposentrisme, Ekologi.

TANGISAN DAN AZAB KUBUR: Antara Ungkapan Sedih dan Ratapan (Suatu Analisa Sanad dan Matan Hadits)

TANGISAN DAN AZAB KUBUR:
Antara Ungkapan Sedih dan Ratapan
(Suatu Analisa Sanad dan Matan Hadits)






Khairullah

Abstrak

Munculnya aksi "kritik hadits" tidak dimaksudkan untuk menguji ajaran Rasulullah, tetapi menguji daya tangkap, kejujuran dan kecermatan para periwayat. Menolak hadits bukan berarti menolak Rasulullah, tetapi menolak klaim bahwa riwayat itu dari Rasulullah. Dalam melakukan kegiatan penelitian sanad dan matn hadits terdapat kaidah-kaidah yang harus dikuasai oleh kritikus. Dalam penelitian hadits berikut ini, akan diungkap faktor penyebab yang substansi  diazabnya seseorang di alam kubur. Apakah tangisan keluarga yang ditinggalkan mati atau sebagai balasan dari perbuatan semasa ia hidup di dunia.

Kata Kunci: Tangisan, Azab Kubur

Rabu, 25 September 2013

Implikasi Keragaman Mushaf Al-Qur’an Terhadap Dinamika Pemikiran Islam

Implikasi Keragaman Mushaf Al-Qur’an
Terhadap Dinamika Pemikiran Islam




Oleh:
Alamsyah


Abstrak
Kebolehan untuk berbeda dalam bacaan al-Qur’an dan penulisan mushaf pada masa Nabi SAW dan era sahabat menjadi langkah awal prinsip kebebasan yang mendorong lahirnya kreatifitas, inovasi dan ijtihad dalam Islam. Kejayaan peradaban Islam masa lalu muncul dari adanya semangat untuk terus melakukan penemuan dan rekonstruk-si pemikiran serta didukung oleh lingkungan yang memberi-kan kebebasan dalam berpikir, berekspressi dan berpen-dapat. Oleh karena itu, pemikiran Islam tidak pernah ber-henti, tetapi harus mengalami pembaruan terus menerus. Semua tingkat kemajuan itu tidak lepas dari pengaruh pola pemikiran atau pemahaman Islam yang logis, rasional dan kontekstual. Ketika nalar sehat dan berpikir logis-kritis dibungkam, saat pembakuan telah berubah menjadi pembe-kuan, maka kemunduran bahkan keruntuhan peradaban tidak lagi dapat dihindari.

Kata kunci: Mushaf, Sab’ah Ahruf, Tekstual dan Kontekstual


KONTEKSTUALISASI HADIS NABI DALAM DUNIA MODERN (Kajian dan Terapan)

KONTEKSTUALISASI HADIS NABI  
 DALAM DUNIA MODERN
(Kajian dan Terapan)



Alamsyah*



Abstrak

Kondisi sosial-politik dan orientasi umat Islam yang terus berubah sangat mempengaruhi perspektif dan pola pemikiran dalam menggali, mengkaji, dan memahami hadis. Berbagai metode dapat dilalui untuk memahami Sunnah, seperti reinterpretasi, takwil dan tekstual. Seharusnya dua aspek Sunnah Nabi (metode Nabi dan contoh prakteknya) dipelajari secara seimbang, jangan mengkaji aspek praktek yang bersifat harfiyah-teknis-sektoral, dan kurang memperhatikan aspek metode dan pola pikir Nabi yang bersifat substansi-komprehensif. Akibatnya Sunnah Nabi pun menjadi hadis dan didefinisikan sekarang ini. Padahal hadis hanya media teks dan informasi yang dibawa periwayat dan ditransmisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan belum tentu menjadi Sunnah Nabi

Kata Kunci: Kontekstualisasi, hadis Nabi, dunia modern

Sorotan atas Penulisan Hadis; Telaah atas Pemikiran Goldziher dan Azami

Sorotan atas Penulisan Hadis;
Telaah atas Pemikiran Goldziher dan Azami




Oleh:
Ahmad Isnaeni[1]


Abstrak
Tulisan ini akan mendiskusikan pendapat Sarjana Barat, diwakili oleh Ignaz Goldziher, yang menyoroti asal usul sunnah Nabi. Kemudian disandingkan dengan pemikiran Mustafa Azami, pemikir muslim yang akrab dengan studi hadis di Barat. Alasan memilih sosok Goldziher, sebab di kalangan Sarjana Barat,  pemikiran Goldziher dianggap sebagai pioner dari maraknya studi hadis di Barat. Pemikiran hadis Goldziher turut memberi warna secara turun temurun dalam tradisi kajian hadis di kalangan orientalis.. Sebagaimana dimaklumi, Barat dalam menyikapi eksistensi hadis, secara umum terbagi tiga sikap dalam studi hadis; skeptis, sanguine (non-skeptis), dan middle ground. Dari bahasan ini akan terlihat bagaimana minat yang besar dalam diri Goldziher dan beberapa sarjana Barat lain atas kajian sunnah Nabi saw. Sisi lain, Azami diangkat dalam tulisan ini karena turut meramaikan perbincangan tentang hadis dan sunnah Nabi saw. Pemikiran utama Azami adalah untuk menyingkap kelemahan dan kekeliruan sorotan Barat terhadap sunnah Nabi saw. Irama perdebatan yang diikuti oleh Azami dalam arus pemikiran Barat cukup memberi warna, meskipun dari beberapa kalangan Barat, hasil kajian Azami dinilai kurang obyektif dan bersifat apologis.

Kata Kunci: hadis, otentisitas, historisitas


Hadits Ahad (Studi Kehujjahan Hadits Ahad Dalam Aqidah)

Hadits Ahad
(Studi Kehujjahan Hadits Ahad Dalam  Aqidah)




Oleh:
Ahmad Zumaro[1]


Abstrak
     Ajaran nabi yang tertuang dalam hadits/sunnah memang menjadi sesuatu yang hangat diperbincangkan baik dari segi sanad maupun matan;kalangan intern maupun ekstern (non-muslim). Usaha ulama untuk menjaga dalam memilah hadits sangatlah ketat untuk menjaga kevaliditasan suatu hadits. Penerimaan  hadits dari banyaknya perowi dari tiap thobaqot menimbulkan istilah sendiri dan menjadi polemik dalam penggunaannya masalah aqidah. Ahad-Mutawatir istilah ini menjadi diskusi panjang di kalangan para ulama mutaqoddimin dan mutakhirin dengan argumennya masing-masing, karena itu masih ada peluang bagi kita untuk meninjau kembali kehujjahan hadits ahad dalam masalah aqidah.

Kata kunci: ahad, mutawatir dan hujjah


Kesehatan Mental; Persepektif Al-Quran Dan Hadis

Kesehatan Mental;
Persepektif Al-Quran Dan Hadis





Oleh:
Ahmad Zumaro[1]



Abstrak
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang terdiri dari dua sisi; jasmani dan rohani. Kedua sisi ini wajib dipenuhi kebutuhannya bagi setiap individu untuk mencapai keseimbangan hidup, tapi manusia kadang melupakan kebutuhan sisi rohani dan selalu memenuhi kebutuhan jasmaninya, sehingga terjadilah ketimpangan. Ketimpangan ini menyebabkan ketidak seimbangan dalam diri seseorang sehingga manusia tidak sadar bahwa dirinya sudah mengalami “sakit kejiwaan”. Untuk mengenal dan memahami gejala itu semua islam memberikan gambaran yang jelas bagaimana seseorang yang dihinggapi penyakit rohani dan islam juga memberikan solusi yang harus dijalani oleh setiap manusia untuk menyembuhkan penyakit mental.

Kata Kunci : Kesehatan, Mental, Al-Qur’an, dan Hadis

Otensitas Dan Integritas Mushaf ‘Usmani

Otensitas Dan Integritas Mushaf ‘Usmani




Oleh:
Ahmad Muttaqin[1]

Abstrak
Meskipun keberadaan Mushaf ‘Usmani sudah berumur ribuan tahun, akan tetapi eksistensi dan otentisitasnya kerapkali mendapatkan gugatan. Gugatan itu terutama muncul dari kalangan orientalis sampai hari ini. Tulisan ini mencoba menelusuri dan melacak argumentasi untuk menolak berbagai jenis gugatan yang dilancarkan oleh para Orientalis itu. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa otensitas dan integritas Mushaf ‘Usmani tetaplah terjaga, beberapa bukti adanya perbedaan penulisan antara mushaf-mushaf ‘Usmani dengan mushaf sebaran yang dilakukan ‘Usman tidaklah mengakibatkan berkurangnya otensitas mushaf ‘Usmani. Berkaitan dengan adanya inkonsistensi tulisan yang terdapat dalam mushaf ‘Usmani sendiri, memang ditemukan, namun secara substansi tidak mengurangi otensitas mushaf itu sendiri, selama bacaan yang dimiliki kaum muslimin adalah benar, dan memang pada faktanya berbedanya tulisan tersebut tidak menyebabkan perbedaan kaum muslimin dalam membacanya. Adanya riwayat-riwayat dari sahabat yang mengemukakan bahwa ada beberapa ayat al-Qur’an yang tidak tercantum dalam mushaf, pada dasarnya disebabkan kekeliruan dalam mengidentifikasi antara hadits dan al-Qur’an, hal ini dalam kondisi tertentu dapat dimaklumi, mengingat antara hadits dan al-Qur’an dari segi Mukhatib (Pembicaranya) adalah sama yakni Rasulullah saw.

Kata Kunci: Otensitas, Integritas, Mushaf ‘Usmani

Pemikiran Tafsir Muhammad Abduh

Pemikiran Tafsir Muhammad Abduh





Oleh :
Ahmad Isnaeni[1]

Abstrak
Sejarah membuktikan, Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur mengitari peristiwa yang ada sebagai jawaban. Problematika kehidupan itu dapat teratasi secara konseptual dengan turunnya sebagian ayat al-Qur’an melalui lisan Nabi saw. Secara umum umat Islam meyakini bahwa kandungan al-Qur’an terus berlaku sepanjang masa dan keadaan (shalih li kulli zaman wa makan). Keyakinan ini terbukti nyata dengan terus munculnya kitab-kitab tafsir sepanjang masa, dengan metode dan corak masing-masing. Muhammad Abduh salah satu mufassir yang mencoba mengaitkan ayat-ayat al-Qur’an dengan kehidupan nyata. Mendekati ayat demi ayat melalui pendekatan akal dan kebebasan berpikir menjadi landasan Abduh untuk mencoba meyakinkan bahwa al-Qur’an selalu mampu menjawab permasalahan hidup. Corak tafsir model Abduh tampaknya tidak seiring dengan kebanyakan ulama tafsir yang cenderung bil ma’tsur.

Kata Kunci: Tafsir, Al-Qur’an, Muhammad Abduh

Al Mushafahah Dalam Perspektif Hadits

Al Mushafahah Dalam Perspektif Hadits




Oleh:
Ahmad Bastari


Abstrak
Masalah mushafahah (berjabat tangan) tetap menjadi actual untuk didiskusikan, karena masih banyak sikap kaum muslimin yang belum sesuai dengan tuntutan atau apa yang dicontohkan Rasulullah SAW. Ada sebagian masyarakat yang enggan berjabat tangan bila berjumpa dengan kaum muslimin lainnya, karena menganggap hal demikian terlalu bersikap formal dan latah atau tertular kebiasaan barat. Sebaliknya di sisi lain ada sebagian muslim yang beranggapan boleh berjabat tangan dengan siapa saja, baik antara pria dengan pria, antara wanita dengan wanita maupun wanita pria dengan wanita yang bukan mahramnya. Hikmah mushafahah adalah untuk mempererat silaturahim atau memperkokoh persaudaraan, menghilangkan rasa dengki, untuk mengakhiri pertikaian, persengketaan, sebagai simbolik telah saling memaafkan. Allah SWT. Mengampuni dosa-dosa kaum muslimin yang melakukan mushafahah bila dilakukan dengan penuh ketulusan demi melaksanakan anjuran Allah SWT. Dan rasulNya

Kata Kunci: Al Mushafahah, Etika, Hadits

Jihad Dalam Tafsir Fi Dhilal Al-Qur'an (Kajian Surah Al Nisa’ Ayat 95)

Jihad Dalam Tafsir Fi Dhilal Al-Qur'an
(Kajian Surah Al Nisa’ Ayat 95)





Oleh :
Ahmad Bastari[1]


Abstrak
Doktrin tentang jihad sangat menarik untuk dikaji mengingat tema ini saat ini sedang ramai diperbincangkan. Dan di antara banyak tokoh pemikir Islam yang menarik untuk didiskusikan  adalah Sayyid Quthb. Ada beberapa alasan pemilihan tokoh ini, diantaranya; Pertama, karena tokoh ini adalah tokoh pergerakan Ikhwan al-Muslimin di Mesir; Kedua karena ia mempunyai banyak karya, dan salah satu karya yang menjadi rujukan utama dalam kajian ini adalah Tafsir Fi Dhilal Al-Qur'an.

Kata Kunci: Jihad, Tafsir, Fi Dhilal Al-Qur'an, Sayyid Quthb

Periwayat Hadis Dalam Kitab Musnad Imam Asy-Syafi’i (Telaah atas Kriteria dan Konsistensinya)

Periwayat Hadis Dalam Kitab 
Musnad Imam Asy-Syafi’i
(Telaah atas Kriteria dan Konsistensinya)




Oleh:
Ahmad Isnaeni[1]


Abstrak
Kaidah keshahihan hadis Imam asy-Syafi’i mencakup semua bagian hadis, sisi sanad dan matan. Kriteria Sanad secara tegas meliputi aspek keadilan dan kedhabitan periwayat. Secara teoritis, kualitas hadis yang diterima menurut kriteria tersebut jelas menduduki predikat otentik. Akan tetapi hal ini perlu ditelaah lebih lanjut ke dalam kitab musnadnya. Benarkah kriteria dan persyaratan seorang periwayat yang siqah dan dhabit telah tercukupi dan mengikuti standar yang ada dan yang telah ditetapkannya. Tulisan ini bertujuan menganalisa kriteria keshahihan hadis yang telah dipaparkan oleh Imam asy-Syafi’i. Analisa ini dilakukan dengan menelaah para periwayat (rijal) hadis yang terdapat di dalam kitab Musnadnya. Benarkah semua persyaratan dan kriteria yang beliau paparkan benar-benar terdapat di dalam kitabnya tersebut.

Kata Kunci: Periwayat, Musnad, Imam asy-Syafi’i


Kamis, 01 Agustus 2013

WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG ASTRONOMI


WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG ASTRONOMI


M. Afif Anshori*



Abstrak

Benda-benda angkasa (celestial being, oleh para ulama dan ilmuwan dijadikan obyek observai dan penelitian, upaya itu terlihat dengan adanya berbagai peralatan observasi, untuk memperoleh jawaban terhadap rahasia-rahasia alam semesta. Hasilnya, lahirlah sebuah ilmu pengetahuan yang disebut astronomi. Observasi-observasi yang dilakukannya berhubungan dengan gerhana, bayang-bayang komet dan fenomena-fenomena alam lainnya yang sangat bernilai serta menambah pengetahuan manusia. Ketika mengkaji astronomi dari perspektif al-Qur’an, haruslah dipahami terlebih dulu, bahwa al-Qur’an bukanlah Kitab Astronomi, melainkan sebuah rujukan yang merangsang agar umat manusia melakukan observasi terhadap fenomena alam semesta (universe), sebagai suatu refleksi dari Kemahasucian,Kemaha-bijaksanaan,Kemaha-besaran Sang Pencipta.

Kata Kunci: Wawasan al-Qur’an, Astronomi


KAIDAH TAFSIR PERSPEKTIF ASPEK DIRAYAH



KAIDAH TAFSIR PERSPEKTIF ASPEK DIRAYAH

Septiawadi*




Abstrak

 

Dalam memahami dan mengambil suatu pengertian yang utuh mengenai Alquran maka seseorang harus menguasai ilmu – ilmu yang terkait dengan Alquran serta mengetahui kaidah – kaidah tafsir. Seseorang tidak dapat seenaknya atau sekehendaknya untuk menafsirkan Alquran bila tidak memiliki dan menguasai hal diatas. Disinilah perlu dituntut kesadaran diri atau tahu diri bagi siapa yang tidak punya kapabilitas, tidak punya keahlian atau tidak menekuni bidang terkait dengan ilmu – ilmu Alquran itu supaya tidak mudah saja menafsirkan makna ayat hanya berdasarkan logika dan pengalaman.

Kata Kunci;  Kaidah kebahasaan, kaidah ushul fiqh

MENGHIMPUN HADIS BERTEMA SAMA (Sebuah Metode Memahami Hadis)



MENGHIMPUN HADIS BERTEMA SAMA

(Sebuah Metode Memahami Hadis)



Masrukhin Muhsin*



Abstrak

Menghimpun hadits-hadits yang bertema sama merupakan satu upaya untuk memahami Hadits dengan baik, komprehensif, terhindar dari  kesalahan, dan lebih dekat kepada kebenaran. Hadits berfungsi merinci ayat-ayat yang global, menjelaskan yang masih samar, mengkhususkan yang umum, dan membatasi yang mutlak. Hadits Isbal, misalnya, ada sejumlah umat Islam yang menolak keras kepada mereka yang tidak memendekkan pakaiannya di atas mata kaki. Padahal setelah dilakukan pemahaman hadits secara komprehensif bahwa yang dimaksud oleh sabda Nabi saw. "orang yang memanjangkan pakaiannya" adalah orang yang menjulurkan pakaiannya dan menyeret ujungnya dengan kesombongan.

Kata Kunci: Hadits Isbal, Pemahaman Komprehensif

Rabu, 10 April 2013

Kisah al-Qur’ân : Catatan Terhadap Buku “Fî asy-Syi’ir al-Jâhilî”

Kisah al-Qurân :
Catatan Terhadap Buku “Fî asy-Syiir al-Jâhilî”

 

Oleh :
Yusuf Baihaqi[1]



Abstrak

Thoha Husein merupakan sosok budayawan dan kritikus sastra besar berkebangsaan Mesir, ada banyak karya ilmiah yang telah ditulisnya, diantaranya adalah“Fî asy-Syi’ir al-Jâhilî”, sebuah buku yang kontroversial dikarenakan dalam buku ini beliau berupaya untuk menafikan fakta sejarah keberadaan Ibrahim dan Ismail di Tanah Hijaz, dengan alasan adanya perbedaan yang sangat mendasar antara bahasa Qahthâniyyah dan Adnâniyyah. Sesungguhnya konspirasi politik lah yang melahirkan kisah keberadaan Ibrahim dan Ismail di tanah Hijaz, demikian sebagaimana yang diungkapkan oleh Thoha Husein dalam bukunya tersebut. Respon balik pun bermunculan dari kalangan ulama dan cendekiawan, diantara mereka ada yang mengkritisinya dari aspek keorsinilan pendapat ini, dikarenakan adanya kemiripan pendapat Thoha Husein diatas dengan pendapat orang lain sebelumnya, juga dikarenakan ketidakakuratan Thoha Husein dalam menukil pendapat seseorang. Ada juga yang mengkritisinya dari sisi fakta sejarah, logika berpikir, sebagaimana kita dapatkan yang lain mengkritisnya dengan berargumentasikan teks agama.

Kata kunci : Kisah al-Qur’ân, Thoha Husein, Syiir al-Jâhilî         

Potret Tafsir Al-Qur’an di Indonesia; Studi Naskah Tafsir Al-Azhar Karya Hamka

Potret Tafsir Al-Qur’an di Indonesia;

Studi Naskah Tafsir Al-Azhar Karya Hamka


Oleh :
Kiki Muhamad Hakiki[1]


Abstrak

Kemunculan tafsir Al-Azhar karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) telah menjadi tolak ukur bahwa umat Islam Indonesia ternyata tidak bisa dilihat sebelah mata. Kwalitas tafsir ini tidak kalah jika dibandingkan dengan tafsir-tafsir yang pernah muncul dalam dunia Islam. Jika dilihat dari isinya, tafsir setebal 30 jilid ini mempunyai keistimewaan yang luar biasa, diantaranya ; Pertama, dari sisi sajian redaksi kalimatnya yang kental nuansa sastra. Kedua, pola penafsirannya. Ketiga, kontekstualisasi penafsirannya dengan kondisi keindonesiaan.

Kata Kunci : Tafsir Al-Azhar, Hamka, Indonesia