WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG
ASTRONOMI
M. Afif Anshori*
Abstrak
Benda-benda angkasa (celestial being, oleh para ulama
dan ilmuwan dijadikan obyek observai dan penelitian, upaya itu terlihat dengan
adanya berbagai peralatan observasi, untuk memperoleh jawaban terhadap
rahasia-rahasia alam semesta. Hasilnya, lahirlah sebuah ilmu pengetahuan yang
disebut astronomi. Observasi-observasi yang dilakukannya berhubungan dengan
gerhana, bayang-bayang komet dan fenomena-fenomena alam lainnya yang sangat
bernilai serta menambah pengetahuan manusia. Ketika mengkaji astronomi dari
perspektif al-Qur’an, haruslah dipahami terlebih dulu, bahwa al-Qur’an bukanlah
Kitab Astronomi, melainkan sebuah rujukan yang merangsang agar umat manusia
melakukan observasi terhadap fenomena alam semesta (universe), sebagai suatu
refleksi dari Kemahasucian,Kemaha-bijaksanaan,Kemaha-besaran Sang Pencipta.
Kata Kunci: Wawasan al-Qur’an, Astronomi
Pendahuluan
Perhatian manusia kepada benda-benda langit, sama tuanya deng-an keberadaan manusia di muka bumi. Ini lantaran secara langsung mau-pun tidak manusia memerlukan benda-benda langit tersebut, seperti pe-nerangan di siang hari, dan petunjuk jalan di malam hari. Lebih dari itu, bahkan, ada sementara masyarakat malah menjadikan benda-benda langit sebagai obyek sesembahan, seperti pada agama Shinto, Hindu, dan agama-agama lokal lainnya.
Hal seperti ini pernah terjadi pada diri Nabi Ibrahim
a.s. yang semula berpandangan bahwa bintang-bintang itu adalah Tuhannya, dan
setelah berganti dengan bulan yang lebih besar, ia berpindah pandangan kepada
bulan. Ketika bulan tenggelam dan terbit matahari, ia mengang-gap bahwa
mataharilah Tuhan yang sebenarnya, karena lebih besar dan kuat cahayanya.1 Namun
setelah matahari terbenam pula, ia memiliki ke-yakinan bahwa Tuhan yang
sebenarnya adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, beserta isinya.
Pengertian
dan Asal -Usul Astronomi.
Secara etimologis, perkataan astronomi berasal dari
bahasa Yunani (Greek) yaitu Aster
yang berarti bintang, dan nomos
berarti hukum. Sedangkan secara terminologis, berarti Ilmu tentang
posisi, gerak, struktur dan perkembangan benda-benda langit dan bentuk-bentuk
lain dari materi kosmos.2 Pengertian astronomi yang lain adalah “(1)
Pengetahuan tentang benda langit dan alam semesta; merupakan salah satu cabang
pengetahuan eksakta tertua. (2) Ilmu mengenai observasi dan interpretasi radiasi yang
diterima di (atau di dekat) bumi dan komponen jagad raya 3. Begitu pula dalam
Webster’s Dictionary disebut-kan bahwa astronomi adalah “the science
that treats of the celestial bodies, of their positions, magnitudes, motion,
distances, constitution, pysical condition, mutual realiton, history, and
destiny”.4
Secara historis, awal kelahiran astronomi bermula dari
seorang ahli matematika dan astronomi India yang bernama Manka yang
di-panggil Khalifah Abu Ja’far al-Manshur pada tahun 770 M. dengan membawa
sebuah naskah Siddhanta (naskah astronomi yang ditulis dalam bahasa
Sansekerta). Naskah tersebut merupakah naskah yang di-lindungi oleh khalifah,
yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad ibn Ibrahim
al-Fazari dan Yaqub ibn Thariq.5 Orang yang disebut terakhir inilah merupakan orang
Islam pertama yang membangun suatu astrolabe (alat untuk mengukur dan
menentukan posisi bintang). Dia menulis tentang penggunaan lingkaran bundar dan
menyiapkan tabel yang berhubungan dengan tahun-tahun Arab. Di antara karyanya
yang terkenal ialah Kitab al-Miqyas,
Kitab al-Zij, Kitab al-‘Amal bi al-Asturlab dan Kitab
al-Qasidah fîl ‘Ulûm al-Nujûm.
Di bawah pemerintahan al-Ma’mun, Almagest karya
Ptolemy diterjemahkan kembali, demikian tabel-tabel yang akurat disiapkan oleh
astronomer-astronomer terkenal seperti Sind ibn Ali, Yahya ibn Abi Manshur dan
Khalid ibn Abdul Malik. Observasi-observasi yang dilaku-kannya berhubungan
dengan gerhana, bayang-bayang komet dan feno-mena-fenomena alam lainnya yang
sangat bernilai serta menambah pengetahuan manusia. Sebelum pertengahan abad ke
9 M, al-Ma’mun membangun observatori-observatori di Baghdad dan luar Damaskus
untuk observasi ilmu pengetahuan dan untuk menetapkan ukuran bumi dan
perputarannya dengan asumsi bahwa bumi ini bundar. Dari hasil observasi ini
muncullah tabel yang disebut Tabel-tabel al-Ma’mun. Ahmad al-Farghani adalah
seorang astronomer terkemuka pada masanya dan terkenal di Barat pada abad
pertengahan. Karyanya yang berjudul Harakat al-Samawiyat wa Jawami’ al-‘ilm al-Nujûm diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona dan Johannes de Luma Hispalensis. Dari karya inilah
kemudian ilmu astronomi berkembang pesat di Eropa dan negara-negara Barat6.
Obyek Kajian Astronomi
Alam menunjukkan organisasi dan disiplin yang fantastis secara absolut,
yang kesemuanya memunculkan satu-satunya kebenaran yang fundamental, kesatuan
dari kontrol alam yang telah dipastikan ketentuannya. Yang demikian ini,
bagaimanapun juga meng-arah kepada kesatuan kontrol dan pengawasan, yakni
Kesatuan dari Sang Pencipta (Tawhid)7. Perhatian kepada fenomena alam merupakan bagian dari upaya manusia
mempelajari ayat-ayat Allah (ayat Kawniyah) dan selanjutnya dapat
dirujuk kepada ayat-ayat Qawliyah.
Langit : Sebuah Bentangan Menakjubkan
Ketika manusia
mengarahkan pandangannya ke atas di alam ter-buka, yang nampak di mata adalah
bentangan warna biru di siang hari dan hitam di malam hari nan sangat luas.
Orang menyebut obyek pan-dangannya itu dengan langit, dan tempat di mana ia
berdiri disebut bumi. Oleh karena itu, langit merupakan obyek kajian yang
sangat menarik, se-
hingga dalam beberapa ayat, Allah menantang
manusia untuk melakukan observasi (nadzara).
افلم ينظروا الى السماء فوقهم كيف بنينها وزينها ومــا لها من فروج (ق:6)
Oleh
Yayasan Penyelenggara Penterjemahan/Pentafsir al-Qur’an, kata كيف بنينها
diterjemahkan dengan “Kami meninggikannya”,8
padahal secara laterlijk kata
بنى
bisa berarti membangun. Sementara sejalan dengan itu Yusuf Ali menterjemahkan
lafadz كيف بنينها dengan How We have made it
(Bagaimana Kami membangunnya). Selanjutnya ia menam-bahkan, bahwa “para filosof
agung telah menemukan suatu kesulitan dalam memahami keajaiban dan rahasia
langit dengan seluruh keindahan bintang-bintang dan planet yang tidak
terbilang, beserta sinarnya dan hukum peredarannya, gerakan, dan kesejajaran,
yang direspon melalui abstraksi matematis yang sangat canggih tanpa suatu
cacat”.9
Dengan
nada yang hampir sama, pada ayat lain juga disebutkan:
الله الذى رفع السموات بغير عمد ترونها ثم استوى على العرش وسخر الشمس والقمر كل يجرى لاجـل مسمى يدبر الامر يفصل الايت لعلكم بلقاء ربكم توقنون (الرعد:2)
Juga terdapat dalam surat Luqman
ayat 10 :
خلق السموات بغير عمد ترونها والقى فى الارض رواسي ان تميد بكم وبث فيها من
كل دابة وانزلنا من السماء ماء فأنبتنا فيها من كل زوج كريــــم (لقمن: 10)
Ibrahim al-Baghdadi
berpendapat, maksud ayat خلق السموات بغير
عمد adalah
bahwa sesungguhnya langit tercipta dengan bentangan yang sangat luas, bagaikan
piring raksasa. Para mufasir menyebutkan,
langit tercipta dalam ruang kehampaan yang tidak terhingga dan terjadinya
langit berbeda dari ciptaan yang lain. Tiadalah ia tercipta, melainkan dengan
kodrat Tuhan yang telah ditetapkan, sehingga disebut بغير عمد .10
والسماء رفعها ووضع
الميزان (الرحمن: 7)
Mengenai bagaimana Allah membangun dan meninggikan (رفع ) langit
tanpa tiang, hanya dapat dipahami melalui teori-teori yang dikonstruksi oleh
para astronom dan fisikawan.
Menurut pandangan kaum fisikawan klasik, berdasarkan observasinya,
langit atau ruang alam (langit) tak terbatas dan besarnya tidak berhingga
(tanpa tiang); sebab kalau ia berbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi
akan merasakan gaya tarik gravitasi dari satu sisi saja, yaitu ke arah pusat
alam semesta, sehingga lama kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di
sekitar pusat tersebut. Pandangan ini dikemukakan Issaac Newton
(1642-1772) pada akhir abad ke-XVII.
Selain itu, menurut Lavoisier sekitar abad ke-XVII alam tidak hanya tak berhingga besarnya dan
tak berbatas, tetapi juga tak berubah status totalitasnya dari waktu yang tak
berhingga lamanya yang telah lampau sampai waktu tak berhingga lamanya yang
akan datang. Gagasan semacam ini mengindikasikan bahwa alam ini qadim dan
kekal, dan tidak mengakui adanya penciptaan alam. Sampai dasawarsa abad XX,
Einstein masih percaya pada kebenaran konsep klasik itu.
Konsep klasik di atas dibantah oleh temuan Friedman dan diperkuat oleh Hubble, yang
mempergunakan teropong bintang terbesar
di dunia untuk melihat galaksi-galaksi sekeliling bumi. Menurut analisis Hubble
terhadap spektrum cahayanya tampak menjauhi galaksi kita dengan kelajuan yang
sebanding dengan jaraknya dari bumi; yang terjauh bergerak paling cepat
meninggalkan kita.11
Kesimpulan dari pandangan terakhir itu menunjukkan
bahwa alam yang kita huni ini mengembang; volume ruang jagad raya ini bertambah
setiap saat. Ini sama artinya dengan semakin bertambah tinggi
dilihat dari sudut pandang manusia di bumi (والسماء رفعها ). Orang berbicara tentang jagad raya yang
berekspansi, dan mereka bingung tidak
mengerti apa artinya; sebab di mana-mana terdapat ruang alam. Dari perhitungan mengenai perbandingan jarak
dan kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati, para fisikawan kosmolog
menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu
dengan galaksi Bimasakti, kira-kira 15 milyar tahun yang lalu. Pandangan
terakhir ini sejalan dengan Q.S. al-Anbiya: 30:
أولم ير للذيـــن كفــرواأن السموات والارض كانتا رتقا ففتقناهما...
Memaknai langit yang bersatu dengan bumi pada ayat
ini, harus didekati dengan ilmu fisika, yakni bahwa semula langit atau ruang
alam dan bumi atau materi alam berada dalam satu titik; singularitas
fisis yang merupakan volume yang berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahan
mereka terjadi dalam suatu ledakan dahsyat atau dentuman besar (the big bang)
yang melontarkan materi ke seluruh
penjuru ruang alam yang berkembang dengan sangat cepat sehingga tercipta
universum yang berekspansi.12
Selanjutnya, mengenai ekspansi alam semesta ini, yang
menabur-kan materi paling tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang masing-masing
berisi rata-rata 100 milyar bintang itu, al-Qur’an menyebutkan:
والسمآء بنيناها بأيــد وانا لموسعون ( الذاريات:84)
Materi yang ada di ruang alam (langit) atau alam
semesta terdiri dari semua materi termasuk tenaga dan radiasi serta hal yang
telah diketahui dan belum diketahui. Bumi, bulan, matahari dan planet-planet yang
termasuk dalam Tata Surya hanyalah merupakan titik kecil di antara dari 200
miliar bintang penyusun Galaksi Bimasakti. Matahari merupakan salah satu di
antara bermilyar-milyar bintang di alam semesta. Perhitungan sampai ke angka
200 miliar bintang, baru perkiraan untuk sebuah galaksi ialah Galaksi Bimasakti
kita yang mempunyai garis tengah kira-kira 100.000 tahun cahaya13.
Galaksi
Seluruh materi alam, mulai dari planet, komet dan
meteor, semuanya membentuk gugusan-gugusan yang disebut galaksi. Berbagai
temuan astronomik menyebutkan bahwa di ruang alam jagad raya ini terdapat
banyak galaksi yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui.
Jika di dalam tata surya terdapat planet-planet
beredar, maka di dalam galaksi terdapat peredaran matahari dan bintang-bintang
lainnya mengelilingi pusat galaksi. Berdasarkan pengamatan (observasi),
diperoleh gambaran bahwa di alam semesta terdapat beratus-ratus galaksi dengan
berbagai bentuk dan ukuran. Dilihat dari bentuknya, terdapat beberapa tipe
galaksi, di antaranya galaksi spiral, galaksi spiral berbatang, galaksi elips,
dan galaksi tak beraturan. Berdasarkan umurnya diduga berturut-turut galaksi yang tidak beraturan
merupakan yang termuda, kemudian galaksi spiral dan yang tertua adalah galaksi
elips.
Al-Qur’an menyebut gugusan-gugusan bintang (galaksi)
dengan sebutan al-burûj atau بروج السمــاء
:
ولقد جعلنا فى
السماء بروجا وزيناها للناظريـــن (الحجر:16)
والسمـــاء ذات
البروج (البروج:1)
تبارك الذى جعل فى
السمــاء بروجا وجعل فيها سراجا وقمرا منيـــــرا (الفرقان:61)
Dari pernyataan Q.S. al-Furqan 61 di atas, menunjukkan
bahwa dalam gugusan bintang atau galaksi
(البروج) terdapat
pelita raksasa yakni matahari (سراج) serta
bulan ( قمر). Informasi ini menunjuk pada galaksi yang berada pada lingkup
bumi, bulan dan matahari yang kita tempati (Galaksi Bimasakti). Atau mungkin bahkan pada
galaksi lain juga ada matahari, bulan dan bumi lagi.
Ibn Abbas mengatakan,
sebagaimana yang dikutip oleh Ibrahim al-Baghdadi, bahwa yang disebut البروج adalah البروج الاثنا
عشر yakni sekumpulan bintang-bintang
yang meliputi الحمل (Aries), الثور (Taurus),
الجوزاء (Gemini), السرطان
(Cancer), الاســد (Leo), السنبلة (Virgo), الميزان (Libra), العقرب
(Scorpio), القوس (Sagitarius), الجدو (Copricorn), الدلو )Aquarius), dan الحوت(Pisces)14 Pada bagian dikatakan,
maksud ayat والسمـــاء ذات البروج
berarti
gugusan bintang dua belas yang sangat menakjubkan hasil ciptaan Tuhan Yang Maha
Agung. Matahari, bulan dan bintang
beredar pada orbit yang telah ditetapkan, tidak saling berbenturan. Al-Burûj
dikatakan bintang yang agung karena ketampak-annya yang jelas.15
Adapun galaksi yang kita tempati ini dinamakan Galaksi Bimasakti, yang bila dilihat “dari atas” berwujud spiral raksasa yang berputar. Dari samping tampak sebagai elips yang sangat besar. Bintang-bintang bertebaran dalam lengan spiral, dan di antara bintang-bintang tersebut matahari berada dengan jarak 30.000 tahun cahaya dari pusat galaksi atau 20.000 tahun cahaya dari ujung/ pinggir Galaksi Bimasakti berdiameter 100.000 tahun cahaya. Makin ke pusat, galaksi tebaran bintang-bintang tampak makin rapat dan diperkirakan pusat galaksi merupakan bola bintang raksasa, diperkirakan dikitari pula corona atau atmosfir angkasa luar16.
Matahari
Matahari
adalah salah satu benda angkasa yang terdapat di dalam
Galaksi
Bimasakti, dan kemungkinan adanya “matahari-matahari” lain pada galaksi lainnya
masih diperdebatkan para ahli. Matahari terbentuk dari awan gas hidrogen dan debu yang
memadat menjadi sebuah bola gas raksasa yang sangat pijar. Matahari mulai
bersinar kira-kira 5 milyar tahun yang lalu dan diduga masih akan tetap
bersinar seperti sekarang sampai sekitar 5 milyar tahun lagi.
Bersinarnya matahari ini
digambarkan dalam al-Qur’an :
هو الذى جعل
الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عددالستيـــن والحساب ما خلق الله ذلك الا بالحق يفصل الايات لقوم يعلمون . إن فى اختلف
اليل والنهار
وما خلق الله فى السموات والارض لايات لقوم يتقون
(يونس:5-6)
Matahari dikatakan bersinar (ضياء), karena memiliki energi panas yang luar
biasa, sedangkan bulan sebagaimana planet lainnya tidak memiliki sumber cahaya,
melainkan cahaya yang muncul merupakan pantulan dari sinar matahari, oleh
karena itu dikatakan “bulan bercahaya” (والقمر نور ). Menurut perhitungan para ahli, suhu di
permukaan matahari 6.000º C. Pada suhu ini semua jenis batuan atau logam yang
dikenal di bumi akan lebur. Ternyata, suhu di pusat matahari jauh lebih tinggi lagi,
yaitu sekitar 25 jutaº C, meskipun matahari tidak menyala seperti api. Di matahari sering terjadi ledakan raksasa
setiap 4 menit sekali berupa semburan gas panas dengan kecepatan 1000 km per
detik sejauh 200.000 – 500.000 km.17
Menurut penelitian para
ahli, diameter matahari sekitar 1,4 juta km. Gaya gravitas permukaannya
kira-kira 28 kali gaya gravitasi bumi, sehingga dengan demikian matahari dapat
mengatur peredaran planet, satelit, dan pengikut-pengikut lainnya. Dengan
mengacu pada hukum gravitasi yang diungkapkan Issaac Newton, dapat dipahami
mengapa planet-planet terikat pada matahari, mengelilingi pada orbit-orbit yang
jari-jarinya berbeda-beda, dengan waktu edar yang berbeda-beda pula.18 Inilah yang dikatakan وقدره منازل , atau tempat peredaran (orbit)
yang tidak pernah berubah sedikitpun.
Matahari dilihat dari
spektrum sinar-X
Matahari adalah bintang induk
Tata Surya, dan merupakan kom-ponen terutama. Bintang ini
berukuran 332.830 masa bumi.
Masa ini besarnya cukup untuk memberi kepadatan inti yang bisa mendukung
kesinambungan fusi nuklir, dan menyemburkan jumlah energi yang
dahsyat. Kebanyakan energi ini pancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi
elektromagnetis, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan dalam
kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa
menyebabkan kesalah pahaman, dibandingkan dengan bintang-bintang di dalam
galaksi Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang.
Pengklasifikasian bintang dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu
sebuah grafik mencatat nilai luminositas sebuah bintang dengan suhu permukaannya,
menempatkan matahari ditengah. Secara umum, bintang yang lebih panas adalah
lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini secara umum disebut
terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah
deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas
dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan
dingin adalah umum.[19]
Posisi matahari pada deret utama
secara umum dipercaya adalah merupakan "puncak hidup" dari sebuah
bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat
ini Matahari sedang tumbuh lebih cemerlang. Dibandingkan pada awal
kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen. [20]
Matahari secara metalisitas
dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini
terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam
semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang beratnya dari hidrogen
dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dari
bintang "populasi II".[21]
Unsur-unsur yang lebih berat dari Hidrogen dan Helium terbentuk di
dalam bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama
perlu punah dulu sebelum alam semesta bisa mengandung unsur-unsur yang berat.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru
mempunyai kandungan metal tinggi. Tingkat metalitas tinggi ini diperkirakan
mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya
planet adalah hasil penggumpalan metal.[22]
Planet
Planet adalah benda
langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan bergerak mengelilingi
matahari dalam orbit eliptik. Selain bergerak mengelilingi matahari, planet
juga berputar pada porosnya (rotasi) dengan gerakan pada umumnya berlawanan
dengan arah jarum jam. Sampai saat ini diketahui ada 9 planet yang menjadi pengikut matahari. Umumnya planet memiliki satelit dalam jumlah yang
berbeda, namun ada pula yang tidak memilikinya.
Berdasarkan jarak planet terhadap matahari, maka
planet dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu: 1) Kelompok planet
dalam: terdiri dari planet-planet yang dekat dengan matahari, seperti:
Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. 2) Kelompok planet luar:
terdiri dari planet-planet yang jauh dari matahari, seperti : Yupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Kelompok planet dalam dipisahkan dari
kelompok planet luar oleh suatu jarak yang sangat lebar. Ternyata di antara
jarak yang sangat lebar tersebut, yaitu pada lintasan di antara planet Mars dan
Yupiter dijumpai adanya planet-planet
kecil atau planet minor yang dalam bahasa Yunani disebut asteroid.19
Oleh karena planet-planet
tadi tidak memiliki cahayanya sendiri, mereka hanya berfungsi sebagai
“pemantul” cahaya matahari, sehingga di malam hari nampak cahayanya
dari bumi. Q.S. al-An’am ayat 97
menyebutkan :
وهو الذى جعل لكم النجوم لتهتدوا بها فى ظلمت البر والبحر قد فصلنا الايات لقوم يعلمون (الانعام:
97)
Al-Qur’an memang tidak menyebutkan rincian benda-benda
angkasa, kecuali matahari (الشمس), bulan (القمر) dan bumi (الارض), sedangkan planet-planet lain disebut dengan bintang-bintang (النجوم).
Akan tetapi pada ayat-ayat lain, fenomena bintang ini sering disebut dengan al-kawkab,
al-kawâkib, seperti:
فلما جن
عليه اليل رأى كوكبا ... (الانعام:76)
إذ قال
يوسف لأبيه ياابث إنى رأيت أحد عشر كوكبا والشمس والقمر رأثهم لى ساجدين (يوسف:4)
إذا
السماء انفطرث (1) وأذاالكواكب انتثرت (2) (الانفطار:1-2)
إنا زيناالسماء الدنيا بزيــنة الكواكب (الصافات:6)
Gambaran umum Tata Surya
(digambarkan tidak sesuai skala): Pluto, Neptunus, Uranus, Saturnus, Yupiter, sabuk asteroid, Matahari, Merkurius, Venus,
Bumi dan Bulan,
dan Mars.
Tata Surya terdiri dari
sebuah bintang
yang disebut matahari
dan semua objek yang yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk
delapan buah planet
yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet kerdil/katai, dan satelit-satelit
alami. Tata Surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6 milyar tahun yang lalu
dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari dan
kemudian planet-planet yang mengelilinginya.
Tata Surya terletak di tepi
galaksi Bima
Sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017 km dari pusat galaksi, atau
sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata surya mengelilingi
pusat galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 220 km/detik, dan dibutuhkan waktu
225–250 juta tahun untuk untuk sekali mengelilingi pusat galaksi. Dengan umur
Tata Surya yang sekitar 4,6 milyar tahun, berarti Tata Surya kita telah
mengelilingi pusat galaksi sebanyak 20–25 kali dari semenjak terbentuk.
Tata Surya dikekalkan oleh
pengaruh gaya
gravitasi matahari
dan sistem yang setara Tata Surya, yang mempunyai garis pusat setahun kecepatan
cahaya, ditandai adanya taburan komet yang disebut awan Oort. Selain itu juga terdapat awan
Oort berbentuk piring di bagian dalam Tata Surya yang dikenali sebagai awan
Oort dalam. Disebabkan oleh orbit planet yang membujur, jarak dan kedudukan planet berbanding
kedudukan matahari
berubah mengikut kedudukan planet di orbit.
Zona Tata Surya yang
meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk
kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)
Komet
Istilah komet berasal dari bahasa Yunani yang artinya bintang
berekor. Dinamakan demikian karena komet yang ditemukan pertama kali muncul
dengan sinar yang terang sambil membawa ekor cahaya yang sangat panjang. Sejak
itu manusia sering melihat munculnya benda
semacam itu. Bahkan pernah muncul komet yang ekornya sangat panjang,
sehingga menjulur sampai setengah bentangan langit. Namun sebenarnya tidak
semua komet mempunyai ekor. Komet juga sejenis dengan planet. Tanpa ada sinar
matahari yang meneranginya,komet tidak akan kelihatan karena dia tidak memiliki
cahaya sendiri.
Komet bergerak
mengelilingi matahari, garis lintasannya melonjong melewati lintasan
setiap planet yang terdapat dalam keluarga matahari, dan terus menjulur ke
kedalaman angkasa luar, seolah-olah melakukan penjagaan terhadap setiap anggota
keluarga matahari. Wujudnya yang memiliki ekor seolah menyatakan sebagai hewan
penjaga. Oleh karena itu, komet disebut sebagai “penjaga keluarga”. Al-Qur’an pun
mengilustrasikan fenomena seperti itu dalam beberapa ayat:
والسماء والطارق .
وما ادراك ما الطارق . النجم الثاقب .
(الطارق: 1-3)
وأنا لمسنا السماء فوجدنها ملئت حرسا شديـــدا وشهبا (8) وأنا كنا نقعد منها
مقاعد للسمع فمن يستمع الأن يجد له شهابا
رصدا (9) (الجن:8-9)
Seorang astronom bernama Edmund Halley menemukan sebuah benda yang bergerak di antara bintang-bintang dari malam ke malam. Benda itu agak berbeda dari planet karena sepanjang perjalanannya selalu diikuti sejalur cahaya yang panjang seperti ekor. Ternyata benda tersebut adalah sebuah komet yang diberi nama Halley. Kemunculan Komet Halley diketahui pertama kali pada tahun 1066, setelah itu setiap 76 tahun dia selalu muncul kembali dan pemunculan terakhir pada tahun 1986.
Juga pada tahun 1975, muncul sebuah komet terang yang
diberi nama Kohoutek, yang dinisbahkan kepada penemunya, yaitu astronom Dr.
Lubos Kohoutek pada tahun 1973. Menurut dugaan, komet tersebut baru akan muncul
lagi setelah 75.000 tahun.20
Komet
Komet Hale-Bopp
Komet adalah badan
Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari
es (volatiles ices). Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi,
secara umum perihelionnya terletak di
planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah
komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari matahari
menyebabkan permukaan es-nya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan
koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata
telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki
kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda
panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek
dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang,
seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort.
Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers,
terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[23]
Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya,
tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[24]
Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas matahari sering
dikategorikan sebagai asteroid.[25]
Meteor
Meteor adalah benda langit yang sangat kecil, bergerak
mengelilingi matahari seperti planet. Meteor berada jauh dari bumi, sehingga
kita tidak mungkin dapat melihatnya. Namun, ketika melintas terlalu dekat ke
bumi dan memasuki lapisan atmosfir akan terlintas bentuk jalur cahayanya.
Cahaya timbul karena bergesek dengan lapisan udara bumi. Karena meteor bergerak
sangat cepat ketika memasuki lapisan udara bumi, benda itu menjadi panas,
terbakar dan menyala. Inilah menyebabkan timbulnya jalur cahaya di langit
selama beberapa detik, kemudian menghilang karena hancur.
Kebanyakan meteor bergerak mengelilingi matahari
secara berkelompok. Ketika bumi dalam lintasannya melewati sekelompok meteor,
akan terlihat suatu pertunjukan “tahi bintang” yang indah. Keadaan ini sering
terjadi pada bulan Agustus. Meteor bergerak membentuk jalur cahaya melintas di
langit selama beberapa detik, lalu lenyap lagi. Orang jaman dahulu menyebut benda
semacam ini “tahi bintang”, sedangkan para astronom menyebutnya meteor yang
berarti bintang beralih.
Fenomena semacamini
disebutkan dalam al-Qur’an:
الا من خطف الخطفة فأ تبعه شهاب ثاقب (الصفات:10)
Penutup
Ayat-ayat tersebut di
atas dan ayat-ayat lain yang serupa dalam al-Qur’an, meminta manusia untuk
melakukan studi tentang alam semesta di sekelilingnya, dan melakukan penelitian
astronomi untuk menemukan kegaiban dalam ciptaan Allah, dalam rangka
memperkokoh keimanan kepada Tuhan.
Faktor lain yang menambah
pentingnya arti studi astronomi bagi
seorang muslim, adalah “dimensi kosmis dari aspek ibadah Islam” yang beraneka
ragam bentuknya. Waktu shalat sehari-hari dan berpuasa harus ditetapkan sepanjang tahun di semua
tempat dan negara yang didiami umat Islam, arah kiblat harus ditetapkan di
manapun umat Islam berada atau sedang melakukan perjalanan. Ini semua memerlukan
ilmu astronomi. Semakin orang mendalami astronomi, akan semakin nampaklah
Kebesaran dan Kekuasaan Allah terhadap hasil ciptaan-Nya. Manusia hanyalah sebesar dzarrah bila dibandingkan
dengan kreasi Tuhan di alam semesta.
Oleh karena itu, semakin kita berfikir tentang
tanda-tanda Kebesaran Allah dalam langit dan bumi, maka semakin dekatlah kita
kepada Maha Pencipta alam semesta yang
sangat menakjubkan itu. Wallahu a’lam.
Daftar Pustaka
al-Baghdadi, ’Ala al-Din ‘Ali ibn Muhammad ibn Ibrahim, Tafsîr Khâzin,
Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyat, 1415 H/1995 M.
Ali, Yusuf.
A., The Holy Qur’an:Text, Translation & Commentary, Lahore: Sh. Mohamad Ashraf, 1980.
Baiquni, Achmad, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf.
-------, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman,
Jakarta: PT. Dana Bhakti
Prima Yaksa, 1996.
Dagun, Save
M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta:
Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000.
Gove, Phillip
Babcock (Ed.), Webster’s third New International Dictionary,
Massasuchetts: G.& C., Merriam
Company, Publisher.
Królikowska, M. "A study of the original orbits of hyperbolic
comets". Astronomy & Astrophysics
Diakses pada 2 Januari 2007.
Lineweaver, Charles H., An
Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe:
Quantifying Metallicity as a Selection Effect. University of New South
Wales.
Rahman,
Afzalur, Qur’anic Sciences, trans. Zainuddin, Jakarta : Lembaga Penelitian Sains-sains
Islam, 1988.
Sekanina, Zdenek, "Kreutz
sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and
disintegration?". Publications of the Astronomical
Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic,
2001.
Shadilly, Hasan (Ed.), Ensiklopedi Indonesia,
Jakarta: Ichiar
Baru – Van Hoeve, 1980.
Supartono (dkk.), Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Umar, H.A.
Mu’in, Ilmu Pengetahuan dan Kesusasteraan Dalam Islam, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press.
Whipple, Fred L.. The activities of comets related to their aging and origin.
Diakses pada 26-12-2006.
Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Madinah:
Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at al-Mush-haf, t.t.
* Dosen tetap Program Studi Perbandingan
Agama Fakultas Ushuluddin
IAIN Raden Intan Lampung. Gelar Doktor diraih pada Sekolah Pascasarjana UIN
Jakarta.
1 Kisah selengkapnya, lihat Q.S. Al-An’am,
ayat 75-79.
2 Save M.Dagun, Kamus Besar Ilmu
Pengetahuan (Jakarta:
Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000), hal. 77.
3 Hasan Shadilly (Ed.), Ensiklopedi
Indonesia (Jakarta: Ichiar Baru – Van Hoeve, 1980), hal.309.
4 Phillip Babcock Gove, Ph.D. (Ed.), Webster’s third New
International Dictionary, (Massasuchetts: G.& C. Merriam Company, Publisher, 1966), hal. 136
5 H.A. Mu’in Umar, Ilmu Pengetahuan dan
Kesusasteraan Dalam Islam (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1992),
hal. 14.
6 Ibid.
7 Afzalur Rahman, Qur’anic Sciences,
trans. Zainuddin (Jakarta : Lembaga Penelitian Sains-sains Islam, 1988), hal. 56-57.
8 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir
Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma’ al-Malik Fahd
li Thiba’at al-Mush-haf, t.t.), hal. 851
9 A. Yusuf Ali, The Holy Qur’an:Text,
Translation & Commentary (Lahore: Sh. Mohammad Ashraf, 1980), hal. 14.
10 ’Ala
al-Din ‘Ali ibn Muhammad ibn Ibrahim
al-Baghdadi, Tafsîr Khâzin (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyat,
1415 H/1995 M), juz. 3, hal. 397
11 Achmad Baiquni, Al-Qur’an, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1994), hal. 15.
12Ibid.
13 Cahaya dengan kecepatan 300.000 km per detik
akan dapat menempuh jarak 1 miliar 80 juta km. dalam waktu satu jam. Kendaraan
angkasa tercepat saat ini yang dapat diciptakan manusia ialah pesawat
supersonic dengan kecepatan kira-kira 3.500 km per jam. Roket menembus atmosfer
Bumi dengan kecepatan lebih dari 30.000 km per jam. Jarak yang dapat ditempuh
oleh cahaya dalam satu jam akan dicapai oleh roket dalam waktu 36.000 jam atau
50 bulan atau 4 tahun 2 bulan 12 hari. Supartono (dkk.), Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hal. 50.
14 Ibrahim al-Baghdadi, op.cit., hal. 317
15 Ibid., juz.4, hal. 411
16 Supartono (dkk.),op.cit., hal. 51.
17 Ibid., hal. 55.
18 Pemahaman secara rinci mengenai Teori
Gravitasi Newton ini, lihat: Ahmad Baiquni,
Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996), hal. 79-97.
[19]Smart, R. L.; Carollo, D.;
Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A.. (2001). The Second star Catalogue and
Cool Stars, Perkins
Observatory. Diakses pada 2006-12-26.
[20] Nir J.
Shaviv (2003). "Towards
a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a
Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical
Research 108: 1437. DOI:10.1029/2003JA009997 Diakses
pada 26 Januari 2009.
[21] T. S.
van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular
Clusters". Astrophysical Journal 185: 477–498. DOI:10.1086/152434.
[22]
Charles H.
Lineweaver. An Estimate of the Age
Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as
a Selection Effect. University of New South Wales. Diakses pada 2006-07-23
19 Supartono W. dkk., خp.cit., hal. 57.
20 Ibid., hal. 64.
[23] Sekanina,
Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary
fragmentation and disintegration?". Publications of the
Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic 89 p.78–93.
[24] Królikowska,
M. (2001). "A
study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy
& Astrophysics 376 (1):
316–324. DOI:10.1051/0004-6361:20010945
Diakses pada 2 Januari 2007.
[25] Fred
L. Whipple. The activities of
comets related to their aging and origin. Diakses pada 2006-12-26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar