Kamis, 01 Agustus 2013

WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG ASTRONOMI


WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG ASTRONOMI


M. Afif Anshori*



Abstrak

Benda-benda angkasa (celestial being, oleh para ulama dan ilmuwan dijadikan obyek observai dan penelitian, upaya itu terlihat dengan adanya berbagai peralatan observasi, untuk memperoleh jawaban terhadap rahasia-rahasia alam semesta. Hasilnya, lahirlah sebuah ilmu pengetahuan yang disebut astronomi. Observasi-observasi yang dilakukannya berhubungan dengan gerhana, bayang-bayang komet dan fenomena-fenomena alam lainnya yang sangat bernilai serta menambah pengetahuan manusia. Ketika mengkaji astronomi dari perspektif al-Qur’an, haruslah dipahami terlebih dulu, bahwa al-Qur’an bukanlah Kitab Astronomi, melainkan sebuah rujukan yang merangsang agar umat manusia melakukan observasi terhadap fenomena alam semesta (universe), sebagai suatu refleksi dari Kemahasucian,Kemaha-bijaksanaan,Kemaha-besaran Sang Pencipta.

Kata Kunci: Wawasan al-Qur’an, Astronomi



Pendahuluan

Perhatian manusia kepada benda-benda langit, sama tuanya deng-an keberadaan manusia di muka bumi. Ini lantaran secara langsung mau-pun tidak manusia memerlukan benda-benda langit tersebut, seperti pe-nerangan di siang hari, dan petunjuk jalan di malam hari. Lebih dari itu, bahkan, ada sementara masyarakat malah menjadikan benda-benda langit sebagai obyek sesembahan, seperti pada agama Shinto, Hindu, dan agama-agama lokal lainnya.

Hal seperti ini pernah terjadi pada diri Nabi Ibrahim a.s. yang semula berpandangan bahwa bintang-bintang itu adalah Tuhannya, dan setelah berganti dengan bulan yang lebih besar, ia berpindah pandangan kepada bulan. Ketika bulan tenggelam dan terbit matahari, ia mengang-gap bahwa mataharilah Tuhan yang sebenarnya, karena lebih besar dan kuat cahayanya.1 Namun setelah matahari terbenam pula, ia memiliki ke-yakinan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, beserta isinya.


Pengertian dan Asal -Usul Astronomi.
Secara etimologis, perkataan astronomi berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu  Aster yang berarti  bintang, dan  nomos  berarti hukum. Sedangkan secara terminologis, berarti Ilmu tentang posisi, gerak, struktur dan perkembangan benda-benda langit dan bentuk-bentuk lain dari materi kosmos.2 Pengertian astronomi yang lain adalah “(1) Pengetahuan tentang benda langit dan alam semesta; merupakan salah satu cabang pengetahuan eksakta tertua. (2) Ilmu mengenai observasi dan interpretasi radiasi yang diterima di (atau di dekat) bumi dan komponen jagad raya 3. Begitu pula dalam Webster’s Dictionary disebut-kan bahwa astronomi adalah “the science that treats of the celestial bodies, of their positions, magnitudes, motion, distances, constitution, pysical condition, mutual realiton, history, and destiny”.4
Secara historis, awal kelahiran astronomi bermula dari seorang ahli matematika dan astronomi India yang bernama Manka yang di-panggil Khalifah Abu Ja’far al-Manshur pada tahun 770 M. dengan membawa sebuah naskah Siddhanta (naskah astronomi yang ditulis dalam bahasa Sansekerta). Naskah tersebut merupakah naskah yang di-lindungi oleh khalifah, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari dan Yaqub ibn Thariq.5 Orang yang disebut terakhir inilah merupakan orang Islam pertama yang membangun suatu astrolabe (alat untuk mengukur dan menentukan posisi bintang). Dia menulis tentang penggunaan lingkaran bundar dan menyiapkan tabel yang berhubungan dengan tahun-tahun Arab. Di antara karyanya yang terkenal  ialah Kitab al-Miqyas, Kitab al-Zij, Kitab al-‘Amal bi al-Asturlab dan Kitab al-Qasidah fîl ‘Ulûm al-Nujûm.
Di bawah pemerintahan al-Ma’mun, Almagest karya Ptolemy diterjemahkan kembali, demikian tabel-tabel yang akurat disiapkan oleh astronomer-astronomer terkenal seperti Sind ibn Ali, Yahya ibn Abi Manshur dan Khalid ibn Abdul Malik. Observasi-observasi yang dilaku-kannya berhubungan dengan gerhana, bayang-bayang komet dan feno-mena-fenomena alam lainnya yang sangat bernilai serta menambah pengetahuan manusia. Sebelum pertengahan abad ke 9 M, al-Ma’mun membangun observatori-observatori di Baghdad dan luar Damaskus untuk observasi ilmu pengetahuan dan untuk menetapkan ukuran bumi dan perputarannya dengan asumsi bahwa bumi ini bundar. Dari hasil observasi ini muncullah tabel yang disebut Tabel-tabel al-Ma’mun. Ahmad al-Farghani adalah seorang astronomer terkemuka pada masanya dan terkenal di Barat pada abad pertengahan. Karyanya yang berjudul Harakat al-Samawiyat  wa Jawami’ al-‘ilm al-Nujûm diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona dan Johannes de Luma Hispalensis. Dari karya inilah kemudian ilmu astronomi berkembang pesat di Eropa dan negara-negara Barat6.

Obyek Kajian Astronomi

Alam menunjukkan organisasi dan disiplin yang fantastis secara absolut, yang kesemuanya memunculkan satu-satunya kebenaran yang fundamental, kesatuan dari kontrol alam yang telah dipastikan ketentuannya. Yang demikian ini, bagaimanapun juga meng-arah kepada kesatuan kontrol dan pengawasan, yakni Kesatuan dari Sang Pencipta (Tawhid)7. Perhatian kepada fenomena alam merupakan bagian dari upaya manusia mempelajari ayat-ayat Allah (ayat Kawniyah) dan selanjutnya dapat dirujuk kepada ayat-ayat Qawliyah.

Langit : Sebuah Bentangan Menakjubkan

Ketika manusia mengarahkan pandangannya ke atas di alam ter-buka, yang nampak di mata adalah bentangan warna biru di siang hari dan hitam di malam hari nan sangat luas. Orang menyebut obyek pan-dangannya itu dengan langit, dan tempat di mana ia berdiri disebut bumi. Oleh karena itu, langit merupakan obyek kajian yang sangat menarik, se-
hingga dalam beberapa ayat, Allah menantang manusia untuk melakukan observasi (nadzara).
افلم ينظروا الى السماء فوقهم كيف بنينها وزينها ومــا لها من فروج (ق:6)
Oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemahan/Pentafsir al-Qur’an,        kata  كيف بنينها  diterjemahkan dengan “Kami meninggikannya”,8 padahal secara laterlijk kata  بنى bisa berarti membangun. Sementara sejalan dengan itu Yusuf Ali menterjemahkan lafadz كيف بنينها  dengan How We have made it (Bagaimana Kami membangunnya). Selanjutnya ia menam-bahkan, bahwa “para filosof agung telah menemukan suatu kesulitan dalam memahami keajaiban dan rahasia langit dengan seluruh keindahan bintang-bintang dan planet yang tidak terbilang, beserta sinarnya dan hukum peredarannya, gerakan, dan kesejajaran, yang direspon melalui abstraksi matematis yang sangat canggih tanpa suatu cacat”.9
Dengan nada yang hampir sama, pada ayat lain juga disebutkan:

الله الذى رفع السموات بغير عمد ترونها  ثم استوى على العرش  وسخر الشمس والقمر كل يجرى لاجـل مسمى يدبر الامر يفصل الايت لعلكم بلقاء ربكم توقنون (الرعد:2)


                Juga terdapat dalam surat Luqman ayat 10 :

خلق السموات بغير عمد ترونها  والقى فى الارض رواسي ان تميد بكم وبث فيها من

كل دابة وانزلنا من السماء ماء فأنبتنا فيها من كل زوج كريــــم (لقمن: 10)

Ibrahim al-Baghdadi  berpendapat, maksud ayat خلق السموات بغير عمد adalah bahwa sesungguhnya langit tercipta dengan bentangan yang sangat luas, bagaikan piring raksasa. Para mufasir menyebutkan, langit tercipta dalam ruang kehampaan yang tidak terhingga dan terjadinya langit berbeda dari ciptaan yang lain. Tiadalah ia tercipta, melainkan dengan kodrat Tuhan yang telah ditetapkan, sehingga disebut بغير عمد .10

والسماء رفعها ووضع الميزان (الرحمن: 7)
Mengenai bagaimana Allah membangun dan meninggikan (رفع ) langit tanpa tiang, hanya dapat dipahami melalui teori-teori yang dikonstruksi oleh para astronom dan fisikawan.
Menurut pandangan kaum fisikawan klasik, berdasarkan observasinya, langit atau ruang alam (langit) tak terbatas dan besarnya tidak berhingga (tanpa tiang); sebab kalau ia berbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik gravitasi dari satu sisi saja, yaitu ke arah pusat alam semesta, sehingga lama kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitar pusat tersebut. Pandangan ini dikemukakan Issaac Newton (1642-1772)  pada akhir abad ke-XVII. Selain itu, menurut Lavoisier sekitar abad ke-XVII  alam tidak hanya tak berhingga besarnya dan tak berbatas, tetapi juga tak berubah status totalitasnya dari waktu yang tak berhingga lamanya yang telah lampau sampai waktu tak berhingga lamanya yang akan datang. Gagasan semacam ini mengindikasikan bahwa alam ini qadim dan kekal, dan tidak mengakui adanya penciptaan alam. Sampai dasawarsa abad XX, Einstein masih percaya pada kebenaran konsep klasik itu.
Konsep klasik di atas dibantah oleh temuan  Friedman dan diperkuat oleh Hubble, yang mempergunakan teropong  bintang terbesar di dunia untuk melihat galaksi-galaksi sekeliling bumi. Menurut analisis Hubble terhadap spektrum cahayanya tampak menjauhi galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi; yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita.11
Kesimpulan dari pandangan terakhir itu menunjukkan bahwa alam yang kita huni ini mengembang; volume ruang jagad raya ini bertambah setiap saat. Ini sama artinya dengan semakin bertambah  tinggi  dilihat dari  sudut  pandang manusia di bumi (والسماء رفعها ). Orang berbicara tentang jagad raya yang berekspansi, dan mereka bingung  tidak mengerti apa artinya; sebab di mana-mana terdapat ruang alam.  Dari perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati, para fisikawan kosmolog menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu dengan galaksi Bimasakti, kira-kira 15 milyar tahun yang lalu. Pandangan terakhir ini sejalan dengan Q.S. al-Anbiya: 30:

أولم ير للذيـــن كفــرواأن السموات والارض كانتا رتقا ففتقناهما...

Memaknai langit yang bersatu dengan bumi pada ayat ini, harus didekati dengan ilmu fisika, yakni bahwa semula langit atau ruang alam dan bumi atau materi alam berada dalam satu titik; singularitas fisis yang merupakan volume yang berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahan mereka terjadi dalam suatu ledakan dahsyat atau dentuman besar (the big bang) yang melontarkan  materi ke seluruh penjuru ruang alam yang berkembang dengan sangat cepat sehingga tercipta universum yang berekspansi.12
Selanjutnya, mengenai ekspansi alam semesta ini, yang menabur-kan materi paling tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang masing-masing berisi rata-rata 100 milyar bintang itu, al-Qur’an menyebutkan:

والسمآء بنيناها بأيــد وانا لموسعون (  الذاريات:84)
Materi yang ada di ruang alam (langit) atau alam semesta terdiri dari semua materi termasuk tenaga dan radiasi serta hal yang telah diketahui dan belum diketahui. Bumi, bulan, matahari dan planet-planet yang termasuk dalam Tata Surya hanyalah merupakan titik kecil di antara dari 200 miliar bintang penyusun Galaksi Bimasakti. Matahari merupakan salah satu di antara bermilyar-milyar bintang di alam semesta. Perhitungan sampai ke angka 200 miliar bintang, baru perkiraan untuk sebuah galaksi ialah Galaksi Bimasakti kita yang mempunyai garis tengah kira-kira 100.000 tahun cahaya13.

 

Galaksi

Seluruh materi alam, mulai dari planet, komet dan meteor, semuanya membentuk gugusan-gugusan yang disebut galaksi. Berbagai temuan astronomik menyebutkan bahwa di ruang alam jagad raya ini terdapat banyak galaksi yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui.
Jika di dalam tata surya terdapat planet-planet beredar, maka di dalam galaksi terdapat peredaran matahari dan bintang-bintang lainnya mengelilingi pusat galaksi. Berdasarkan pengamatan (observasi), diperoleh gambaran bahwa di alam semesta terdapat beratus-ratus galaksi dengan berbagai bentuk dan ukuran. Dilihat dari bentuknya, terdapat beberapa tipe galaksi, di antaranya galaksi spiral, galaksi spiral berbatang, galaksi elips, dan galaksi tak beraturan. Berdasarkan umurnya diduga  berturut-turut galaksi yang tidak beraturan merupakan yang termuda, kemudian galaksi spiral dan yang tertua adalah galaksi elips.
Al-Qur’an menyebut gugusan-gugusan bintang (galaksi) dengan sebutan al-burûj atau بروج السمــاء    :

ولقد جعلنا فى السماء بروجا وزيناها للناظريـــن (الحجر:16)

والسمـــاء ذات البروج  (البروج:1)
تبارك الذى جعل فى السمــاء بروجا وجعل فيها سراجا وقمرا منيـــــرا (الفرقان:61)
Dari pernyataan Q.S. al-Furqan 61 di atas, menunjukkan bahwa dalam gugusan bintang  atau galaksi (البروج)  terdapat   pelita  raksasa  yakni matahari (سراج) serta  bulan ( قمر). Informasi ini menunjuk pada galaksi yang berada pada lingkup bumi, bulan dan matahari yang kita tempati (Galaksi Bimasakti). Atau mungkin bahkan pada galaksi lain juga ada matahari, bulan dan bumi lagi.
Ibn Abbas mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Ibrahim al-Baghdadi, bahwa yang disebut البروج  adalah  البروج الاثنا عشر yakni sekumpulan bintang-bintang yang meliputi  الحمل (Aries), الثور  (Taurus),  الجوزاء (Gemini),  السرطان (Cancer), الاســد (Leo), السنبلة (Virgo), الميزان  (Libra), العقرب (Scorpio), القوس (Sagitarius), الجدو (Copricorn), الدلو )Aquarius), dan  الحوت(Pisces)14 Pada bagian dikatakan, maksud ayat والسمـــاء ذات البروج  berarti gugusan bintang dua belas yang sangat menakjubkan hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Agung. Matahari, bulan dan bintang beredar pada orbit yang telah ditetapkan, tidak saling berbenturan. Al-Burûj dikatakan bintang yang agung karena ketampak-annya yang jelas.15

Adapun galaksi yang kita tempati ini dinamakan Galaksi Bimasakti, yang bila dilihat “dari atas”  berwujud spiral raksasa yang berputar. Dari samping tampak sebagai elips yang sangat besar. Bintang-bintang bertebaran dalam lengan spiral, dan di antara bintang-bintang tersebut matahari berada dengan jarak 30.000 tahun cahaya dari pusat galaksi atau 20.000 tahun cahaya dari ujung/ pinggir  Galaksi Bimasakti berdiameter 100.000 tahun cahaya. Makin ke pusat, galaksi tebaran bintang-bintang tampak makin rapat dan diperkirakan pusat galaksi merupakan bola bintang raksasa, diperkirakan dikitari pula corona atau atmosfir angkasa luar16.

 

Matahari

Matahari adalah salah satu benda angkasa yang terdapat di dalam
Galaksi Bimasakti, dan kemungkinan adanya “matahari-matahari” lain pada galaksi lainnya masih diperdebatkan para ahli. Matahari terbentuk dari awan gas hidrogen dan debu yang memadat menjadi sebuah bola gas raksasa yang sangat pijar. Matahari mulai bersinar kira-kira 5 milyar tahun yang lalu dan diduga masih akan tetap bersinar seperti sekarang sampai sekitar 5 milyar tahun lagi.
Bersinarnya matahari ini digambarkan dalam al-Qur’an :

هو الذى جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عددالستيـــن والحساب  ما خلق الله ذلك الا بالحق  يفصل الايات لقوم يعلمون . إن فى اختلف
اليل والنهار وما خلق الله فى السموات والارض لايات لقوم يتقون  (يونس:5-6)

Matahari dikatakan bersinar (ضياء), karena memiliki energi panas yang luar biasa, sedangkan bulan sebagaimana planet lainnya tidak memiliki sumber cahaya, melainkan cahaya yang muncul merupakan pantulan dari sinar matahari, oleh karena itu dikatakan “bulan bercahaya” (والقمر نور ). Menurut perhitungan para ahli, suhu di permukaan matahari 6.000º C. Pada suhu ini semua jenis batuan atau logam yang dikenal di bumi akan lebur. Ternyata, suhu di pusat matahari jauh lebih tinggi lagi, yaitu sekitar 25 jutaº C, meskipun matahari tidak menyala seperti api.  Di matahari sering terjadi ledakan raksasa setiap 4 menit sekali berupa semburan gas panas dengan kecepatan 1000 km per detik sejauh 200.000 – 500.000 km.17
Menurut penelitian para ahli, diameter matahari sekitar 1,4 juta km. Gaya gravitas permukaannya kira-kira 28 kali gaya gravitasi bumi, sehingga dengan demikian matahari dapat mengatur peredaran planet, satelit, dan pengikut-pengikut lainnya. Dengan mengacu pada hukum gravitasi yang diungkapkan Issaac Newton, dapat dipahami mengapa planet-planet terikat pada matahari, mengelilingi pada orbit-orbit yang jari-jarinya berbeda-beda, dengan waktu edar yang berbeda-beda pula.18 Inilah yang dikatakan وقدره منازل , atau tempat peredaran (orbit) yang tidak pernah berubah sedikitpun.

 

Matahari dilihat dari spektrum sinar-X
Matahari adalah bintang induk Tata Surya, dan merupakan kom-ponen terutama. Bintang ini berukuran 332.830 masa bumi. Masa ini besarnya cukup untuk memberi kepadatan inti yang bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir, dan menyemburkan jumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini pancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi elektromagnetis, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan dalam kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalah pahaman, dibandingkan dengan bintang-bintang di dalam galaksi Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Pengklasifikasian bintang dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik mencatat nilai luminositas sebuah bintang dengan suhu permukaannya, menempatkan matahari ditengah. Secara umum, bintang yang lebih panas adalah lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini secara umum disebut terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.[19]
Posisi matahari pada deret utama secara umum dipercaya adalah merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari sedang tumbuh lebih cemerlang. Dibandingkan pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen. [20]
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang beratnya dari hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dari bintang "populasi II".[21] Unsur-unsur yang lebih berat dari Hidrogen dan Helium terbentuk di dalam bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah dulu sebelum alam semesta bisa mengandung unsur-unsur yang berat. Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal tinggi. Tingkat metalitas tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[22]

Planet 

Planet adalah benda langit yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri dan bergerak mengelilingi matahari dalam orbit eliptik. Selain bergerak mengelilingi matahari, planet juga berputar pada porosnya (rotasi) dengan gerakan pada umumnya berlawanan dengan arah jarum jam. Sampai saat ini diketahui  ada 9 planet yang menjadi pengikut matahari. Umumnya planet memiliki satelit dalam jumlah yang berbeda, namun ada pula yang tidak memilikinya.
Berdasarkan jarak planet terhadap matahari, maka planet dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu: 1) Kelompok planet dalam: terdiri dari planet-planet yang dekat dengan matahari, seperti: Merkurius, Venus, Bumi dan Mars.  2) Kelompok planet luar: terdiri dari planet-planet yang jauh dari matahari, seperti : Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Kelompok planet dalam dipisahkan dari kelompok planet luar oleh suatu jarak yang sangat lebar. Ternyata di antara jarak yang sangat lebar tersebut, yaitu pada lintasan di antara planet Mars dan Yupiter  dijumpai adanya planet-planet kecil atau planet minor yang dalam bahasa Yunani disebut asteroid.19
Oleh karena planet-planet tadi tidak memiliki cahayanya sendiri, mereka hanya berfungsi sebagai  “pemantul”  cahaya matahari, sehingga di malam hari nampak cahayanya dari bumi. Q.S. al-An’am ayat 97 menyebutkan :
وهو الذى جعل لكم النجوم لتهتدوا بها فى ظلمت البر والبحر  قد فصلنا الايات لقوم يعلمون (الانعام: 97)
Al-Qur’an memang tidak menyebutkan rincian benda-benda angkasa, kecuali matahari (الشمس), bulan (القمر) dan bumi (الارض), sedangkan planet-planet lain disebut dengan bintang-bintang (النجوم). Akan tetapi pada ayat-ayat lain, fenomena bintang ini sering disebut dengan al-kawkab, al-kawâkib, seperti:
فلما جن  عليه اليل رأى كوكبا ... (الانعام:76)
  إذ قال يوسف لأبيه ياابث إنى رأيت أحد عشر كوكبا والشمس والقمر رأثهم لى ساجدين (يوسف:4)                                                                                                            
إذا السماء انفطرث (1) وأذاالكواكب انتثرت (2)   (الانفطار:1-2)
إنا زيناالسماء الدنيا بزيــنة الكواكب  (الصافات:6)
Gambaran umum Tata Surya (digambarkan tidak sesuai skala): Pluto, Neptunus, Uranus, Saturnus, Yupiter, sabuk asteroid, Matahari, Merkurius, Venus, Bumi dan Bulan, dan Mars.

Tata Surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet kerdil/katai, dan satelit-satelit alami. Tata Surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6 milyar tahun yang lalu dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari dan kemudian planet-planet yang mengelilinginya.
Tata Surya terletak di tepi galaksi Bima Sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017 km dari pusat galaksi, atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata surya mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 220 km/detik, dan dibutuhkan waktu 225–250 juta tahun untuk untuk sekali mengelilingi pusat galaksi. Dengan umur Tata Surya yang sekitar 4,6 milyar tahun, berarti Tata Surya kita telah mengelilingi pusat galaksi sebanyak 20–25 kali dari semenjak terbentuk.
Tata Surya dikekalkan oleh pengaruh gaya gravitasi matahari dan sistem yang setara Tata Surya, yang mempunyai garis pusat setahun kecepatan cahaya, ditandai adanya taburan komet yang disebut awan Oort. Selain itu juga terdapat awan Oort berbentuk piring di bagian dalam Tata Surya yang dikenali sebagai awan Oort dalam. Disebabkan oleh orbit planet yang membujur, jarak dan kedudukan planet berbanding kedudukan matahari berubah mengikut kedudukan planet di orbit.
Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Komet

Istilah komet berasal dari bahasa Yunani yang artinya bintang berekor. Dinamakan demikian karena komet yang ditemukan pertama kali muncul dengan sinar yang terang sambil membawa ekor cahaya yang sangat panjang. Sejak itu manusia sering melihat munculnya benda  semacam itu. Bahkan pernah muncul komet yang ekornya sangat panjang, sehingga menjulur sampai setengah bentangan langit. Namun sebenarnya tidak semua komet mempunyai ekor. Komet juga sejenis dengan planet. Tanpa ada sinar matahari yang meneranginya,komet tidak akan kelihatan karena dia tidak memiliki cahaya sendiri.
Komet bergerak  mengelilingi matahari, garis lintasannya melonjong melewati lintasan setiap planet yang terdapat dalam keluarga matahari, dan terus menjulur ke kedalaman angkasa luar, seolah-olah melakukan penjagaan terhadap setiap anggota keluarga matahari. Wujudnya yang memiliki ekor seolah menyatakan sebagai hewan penjaga. Oleh karena itu, komet disebut sebagai “penjaga keluarga”. Al-Qur’an pun mengilustrasikan fenomena seperti itu dalam beberapa ayat:
والسماء والطارق . وما ادراك ما الطارق . النجم الثاقب .  (الطارق: 1-3)
وأنا لمسنا السماء فوجدنها ملئت حرسا شديـــدا وشهبا (8) وأنا كنا نقعد منها مقاعد للسمع فمن يستمع  الأن يجد له شهابا رصدا (9) (الجن:8-9)
Seorang astronom bernama Edmund Halley menemukan sebuah benda yang bergerak di antara bintang-bintang dari malam ke malam. Benda itu agak berbeda dari planet karena sepanjang perjalanannya selalu diikuti sejalur cahaya yang panjang seperti ekor. Ternyata benda tersebut adalah sebuah komet yang diberi nama Halley. Kemunculan Komet Halley diketahui pertama kali pada tahun 1066, setelah itu setiap 76 tahun dia selalu muncul kembali dan pemunculan terakhir pada tahun 1986.
Juga pada tahun 1975, muncul sebuah komet terang yang diberi nama Kohoutek, yang dinisbahkan kepada penemunya, yaitu astronom Dr. Lubos Kohoutek pada tahun 1973. Menurut dugaan, komet tersebut baru akan muncul lagi setelah 75.000 tahun.20

Komet

Komet Hale-Bopp
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es (volatiles ices). Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelionnya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari matahari menyebabkan permukaan es-nya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[23] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[24] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[25]

Meteor

Meteor adalah benda langit yang sangat kecil, bergerak mengelilingi matahari seperti planet. Meteor berada jauh dari bumi, sehingga kita tidak mungkin dapat melihatnya. Namun, ketika melintas terlalu dekat ke bumi dan memasuki lapisan atmosfir akan terlintas bentuk jalur cahayanya. Cahaya timbul karena bergesek dengan lapisan udara bumi. Karena meteor bergerak sangat cepat ketika memasuki lapisan udara bumi, benda itu menjadi panas, terbakar dan menyala. Inilah menyebabkan timbulnya jalur cahaya di langit selama beberapa detik, kemudian menghilang karena hancur.
Kebanyakan meteor bergerak mengelilingi matahari secara berkelompok. Ketika bumi dalam lintasannya melewati sekelompok meteor, akan terlihat suatu pertunjukan “tahi bintang” yang indah. Keadaan ini sering terjadi pada bulan Agustus. Meteor bergerak membentuk jalur cahaya melintas di langit selama beberapa detik, lalu lenyap lagi. Orang jaman dahulu menyebut benda semacam ini “tahi bintang”, sedangkan para astronom menyebutnya meteor yang berarti bintang beralih.
Fenomena semacamini disebutkan dalam al-Qur’an:
الا من خطف الخطفة فأ تبعه شهاب ثاقب (الصفات:10)

Penutup

Ayat-ayat tersebut di atas dan ayat-ayat lain yang serupa dalam al-Qur’an, meminta manusia untuk melakukan studi tentang alam semesta di sekelilingnya, dan melakukan penelitian astronomi untuk menemukan kegaiban dalam ciptaan Allah, dalam rangka memperkokoh keimanan kepada Tuhan. 
Faktor lain yang menambah pentingnya arti studi astronomi  bagi seorang muslim, adalah “dimensi kosmis dari aspek ibadah Islam” yang beraneka ragam bentuknya. Waktu shalat sehari-hari dan berpuasa  harus ditetapkan sepanjang tahun di semua tempat dan negara yang didiami umat Islam, arah kiblat harus ditetapkan di manapun umat Islam berada atau sedang melakukan perjalanan. Ini semua memerlukan ilmu astronomi. Semakin orang mendalami astronomi, akan semakin nampaklah Kebesaran dan Kekuasaan Allah terhadap hasil ciptaan-Nya. Manusia hanyalah  sebesar dzarrah bila dibandingkan dengan kreasi Tuhan di alam semesta.
Oleh karena itu, semakin kita berfikir tentang tanda-tanda Kebesaran Allah dalam langit dan bumi, maka semakin dekatlah kita kepada Maha Pencipta  alam semesta yang sangat menakjubkan itu. Wallahu a’lam.
                                                   


Daftar Pustaka
al-Baghdadi, ’Ala al-Din ‘Ali  ibn Muhammad ibn Ibrahim, Tafsîr Khâzin, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyat, 1415 H/1995 M.
Ali, Yusuf. A., The Holy Qur’an:Text, Translation & Commentary, Lahore: Sh.  Mohamad Ashraf, 1980.
Baiquni, Achmad, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf.
-------, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yaksa, 1996.
Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000.
Gove, Phillip Babcock (Ed.), Webster’s third New International Dictionary, Massasuchetts: G.& C., Merriam  Company, Publisher.
Królikowska, M. "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics Diakses pada 2 Januari 2007.
Rahman, Afzalur, Qur’anic Sciences, trans. Zainuddin, Jakarta : Lembaga Penelitian Sains-sains Islam, 1988.
Sekanina, Zdenek, "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic, 2001.
Shadilly, Hasan (Ed.), Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichiar Baru – Van Hoeve, 1980.
Supartono (dkk.), Ilmu Alamiah Dasar,  Jakarta: Ghalia Indonesia.
Umar, H.A. Mu’in, Ilmu Pengetahuan dan Kesusasteraan Dalam Islam, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press.
Whipple, Fred L.. The activities of comets related to their aging and origin. Diakses pada 26-12-2006.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Madinah: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at al-Mush-haf, t.t.



* Dosen tetap Program Studi Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung. Gelar Doktor diraih pada Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta.
1 Kisah selengkapnya, lihat Q.S. Al-An’am, ayat 75-79.
2 Save M.Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2000), hal. 77.
3 Hasan Shadilly (Ed.), Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichiar Baru – Van Hoeve, 1980), hal.309.
4 Phillip Babcock  Gove, Ph.D. (Ed.), Webster’s third New International Dictionary, (Massasuchetts: G.& C. Merriam  Company, Publisher, 1966), hal. 136
5 H.A. Mu’in Umar, Ilmu Pengetahuan dan Kesusasteraan Dalam Islam (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1992), hal. 14.
6  Ibid.
7 Afzalur Rahman, Qur’anic Sciences, trans. Zainuddin (Jakarta : Lembaga Penelitian Sains-sains Islam,  1988), hal. 56-57.




8 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at al-Mush-haf, t.t.), hal. 851
9 A. Yusuf Ali, The Holy Qur’an:Text, Translation & Commentary (Lahore: Sh. Mohammad Ashraf, 1980), hal. 14.
10 ’Ala al-Din ‘Ali  ibn Muhammad ibn Ibrahim al-Baghdadi, Tafsîr Khâzin (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyat, 1415 H/1995 M), juz. 3, hal. 397
11 Achmad Baiquni, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf,  1994), hal. 15.
12Ibid.

13 Cahaya dengan kecepatan 300.000 km per detik akan dapat menempuh jarak 1 miliar 80 juta km. dalam waktu satu jam. Kendaraan angkasa tercepat saat ini yang dapat diciptakan manusia ialah pesawat supersonic dengan kecepatan kira-kira 3.500 km per jam. Roket menembus atmosfer Bumi dengan kecepatan lebih dari 30.000 km per jam. Jarak yang dapat ditempuh oleh cahaya dalam satu jam akan dicapai oleh roket dalam waktu 36.000 jam atau 50 bulan atau 4 tahun 2 bulan 12 hari. Supartono (dkk.), Ilmu Alamiah Dasar,  (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), hal. 50.


14 Ibrahim al-Baghdadi, op.cit.,  hal. 317
15 Ibid.,  juz.4, hal. 411
16 Supartono (dkk.),op.cit., hal. 51.
17 Ibid., hal. 55.
18 Pemahaman secara rinci mengenai Teori Gravitasi Newton ini, lihat: Ahmad Baiquni,  Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa,  1996), hal. 79-97.
[19]Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A.. (2001). The Second star Catalogue and Cool Stars, Perkins Observatory. Diakses pada 2006-12-26.
[20] Nir J. Shaviv (2003). "Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical Research 108: 1437. DOI:10.1029/2003JA009997 Diakses pada 26 Januari 2009.
[21] T. S. van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters". Astrophysical Journal 185: 477–498. DOI:10.1086/152434.
19 Supartono W. dkk., خp.cit., hal. 57.
20 Ibid., hal. 64.
[23] Sekanina, Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic 89 p.78–93.
[24] Królikowska, M. (2001). "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316–324. DOI:10.1051/0004-6361:20010945 Diakses pada 2 Januari 2007.
[25] Fred L. Whipple. The activities of comets related to their aging and origin. Diakses pada 2006-12-26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar