Rabu, 02 Oktober 2013

Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar

Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar




Oleh:
Jayusman[1]


 Abstrak
Penentuan awal waktu salat Asar bersifat ijtihadiyah. Ada tiga pendapat dalam penentuan awal waktu Asar ini; Kelompok pertama menyatakan bahwa awal waktu Asar terkait dengan fenomena bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan benda itu ditambah dengan bayang-bayang pada waktu Zuhur. Kelompok kedua menyatakan fenomena bayang-bayang suatu benda dua kali panjang benda ditambah dengan bayang-bayang pada waktu Zuhur. Kelompok ketiga menyatakan waktu  Asar itu adalah pertengahan antara salat Zuhur dan salat Magrib. Selanjutnya dalam makalah ini akan dilihat juga dalil yang menjadi landasan pendapat-pendapat tersebut

Kata Kunci: Awal Watu Salat Asar, Bayang- Bayang Benda

Studi Naskah Tafsir Al-Qur’an Al-Karim; Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Karya Muhammad Quraish Shihab


Studi Naskah Tafsir Al-Qur’an Al-Karim;
Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Karya 
Muhammad Quraish Shihab




Oleh:
Kiki Muhamad Hakiki[1]

Abstrak
Fokus kajian penelitian ini adalah memotret karakteristik “Tafsir Al-Qur’an Al-Karim; Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu Karya Muhammad Quraish Shihab”. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karya Quraish Shihab ini mempunyai karakteristik yang unik. Keunikan itu terlihat dari uraiannya yang menggunakan metode tahlili murni. Akan tetapi yang menarik dari tafsir ini adalah bukan tahlili sebegaimana yang didefinisikan bahwa dalam menafsirkan ayat, penafsir akan menfsirkan ayat demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan apa yang terdapat dalam mushaf dari surah al-Fatihah sampai suran an-Nas. Akan tetapi ia menafsirkan dengan cara menyusun surah-surah dalam hal ini surah-surah pendek berdasarkan turunnya wahyu. Sedangkan dilihat dari corak tafsir yang digunakan, tafsir ini bercorak Adabi.

Kata Kunci: Karakteristik, Tafsir, Al-Qur’an, Muhammad Quraish Shihab

Diskursus Munâsabah Al-Qur’an: Menyoal Perdebatan Otentisitas Al-Qur’an

Diskursus Munâsabah Al-Qur’an:
Menyoal Perdebatan Otentisitas Al-Qur’an





Oleh:
Hasani Ahmad Said[1]

Abstrak

Studi kajian terhadap Alquran telah berjalan dalam sejarah yang cukup panjang. Alquran adalah wahyu Ilahi yang berisi nilai-nilai universal kemanusiaan. Ia diturunkan untuk dijadikan petunjuk, bukan hanya untuk sekelompok manusia ketika ia diturunkan, tetapi juga untuk seluruh manusia hingga akhir zaman. Dari ulama klasik hingga sekarang puluhan atau bahkan ratusan buku yang mengkaji akan kemukjizatan Alquran. Bahkan, Alquran sendiri menyatakan dirinya sebagai mukjizat. Tetapi tidak demikian dengan para ilmuan Barat dan orientalis. Bahkan mereka mempertanyakan otentisitas Alquran. Salah satu kajian yang menjadi diskursus perdebatan adalah aspek munâsabah. Maka, tulisan ini penting untuk didiskusikan dalam rangka menjawab keraguan tersebut.

Kata Kunci: Munâsabah, otentisitas, Alquran.      

Hadis-Hadis Misoginis: Wacana Pemahaman Hadis, Menggali Akar Sosio-Kultural

Hadis-Hadis Misoginis:
Wacana Pemahaman Hadis,  Menggali Akar Sosio-Kultural




Oleh:
Hasani Ahmad Said[1]

Abstrak:
Kajian masalah hadis misoginis, menjadi topik yang masih hangat, seiring dengan pembahasan hak-hak asasi manusia yang tidak hanya berimplikasi pada permasalahan wanita itu sendiri, tetapi masuk dalam dataran politik, ekonomi, hukum bahkan berimbas pula pada pembahasan agama, termasuk Islam, hingga pada relung-relung keyakinan pribadi pada setiap orang, yang tak ayal menimbulkan perdebatan. Dalam berbagai literatur diungkap tentang bagaimana Islam mengentaskan berbagai ketidakadilan terutama jika dikaitkan dengan persoalan kaum perempuan dari penindasan. Tulisan ini mencoba menganalisis secara objektif beberapa teks di dalam doktrin ajaran Islam yang sering dikaji dengan bebas sebagai senjata untuk menisbahkan sebab-sebab kemunduran wanita di dalam Islam. Dikarenakan teks-teks itu pula, budaya dominasi laki-laki atas perempuan terbentuk sejalan dengan keyakinan atas doktrin tersebut. Tulisan ini juga akan membahas tentang format penelitian hadis-hadis misoginis. Kajian dilakukan sebagaimana penelitian hadis yang ada dengan memberikan nuansa gender maintreaming dengan menghidangkan peroalan yang sering muncul di mayarakat di antara yaitu: hadis kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai hamba, hadis tentang wanita diciptakan dari tulang rusuk, hadis tentang perhiasaan adalah istri yang shalihah, hadis tentang wanita adalah aurat dan hadis tentang pemimpin perempuan.

Kata Kunci: Wacana, Hadis, Misoginis, Sosio-kultural

Solusi Al-Quran Dalam Menghadapi Tantangan Feminisme Modern (Telaah Risalah Al-Hijab Dalam Kitab Risalah Nur)

Solusi Al-Quran Dalam Menghadapi
Tantangan Feminisme Modern
(Telaah Risalah Al-Hijab Dalam 
Kitab Risalah Nur)



Oleh:
Erika Septiana[1]

Abstrak
       Era globalisasi yang merupakan dampak dari peradaban modern yang terus bergulir belakangan ini menjadi titik tolak munculnya berbagai reformasi pemikiran berbagai konsep kehidupan kaum muslim. Feminisme adalah salah satu realitas modernisasi yang terjadi dalam perkembangan pemahaman umat, terutama dalam mempertegas berbagai produk hukum Islam bagi para muslimah di dunia ini. Berawal dari perbedaan fisik yang dinilai lebih “lemah” dari pendahulunya, yaitu laki-laki, maka penafsiran mengenai berbagai ayat yang berkaitan dengan perempuan “seolah” mendiskreditkan perempuan sebagai mahluk yang membutuhkan perlindungan dan tidak mandiri. Sehingga dampak yang muncul dari persepsi ini kemudian memaksa  perempuan untuk “pasrah” menerima kondisi yang sesungguhnya bahkan terampas hak hidupnya sebagai manusia.


Kata Kunci: Al-Qur’an dan Feminisme Modern, Al-Hijab, Kitab Risalah Nur

SUBYEKTIVITAS DAN OBYEKTIVITAS DALAM STUDI AL-QUR`AN (Kontribusi Paul Ricoeur dan Muhammad Syahrur)

SUBYEKTIVITAS DAN OBYEKTIVITAS DALAM STUDI
AL-QUR`AN (Kontribusi Paul Ricoeur dan
Muhammad Syahrur)




Anwar Mujahidin

 

Abstrak

Masalah dasar-dasar ilmiah bagi tafsir al-Qur`an kontemporer sangat mendesak untuk diperdebatkan dipanggung akademik studi al-Qur`an. Perdebatan antara penggunaan akal (bi al-ra`yi) dan penggunaan riwayat (bi al-ma`tsur) dalam studi al-Qur`an sama sekali tidak menghantarkan pemikir Islam kontemporer pada suatu dasar-dasar metodologi tafsir yang yang bisa dipertanggung jawabkan, karena perdebatan dua metode klasik di atas hanya membawa pemikiran Islam jumud dan berputar-putar pada pertarungan idiologi antar kelompok yang semakin menjauhkan umat dari petunjuk yang dimaksudkan al-Qur`an. Paul Recoeur adalah filosof asal Perancis yang menekuni kajian teks (hermeneutika) dan Muhammad Syahrur adalah seorang muslim yang menjadi dosen teknik di universitas Damaskus yang tertarik menekuni studi al-Qur`an. Kedua tokoh memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam meletakkan dasar-dasar metode tafsir kontemporer, terutama bagaimana konsep teks dan hubungan antara teks,  pengarang (author) dan pembaca (reader). Apakah ada standar obyektifitas dalam studi al-Qur`an, bagaimana juga hak peneliti yang sekaligus sebagai pembaca. Masalah inilah yang dikupas dalam makalah ini.

Kata Kunci : Tafsir, Hermeneutika, Teks, al-Qur`an, Subyektif,      Obyektif.  

Konsumerisme Dan Kosumisme Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur`an

Konsumerisme Dan Kosumisme
Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur`an




Oleh:
Anwar Mujahidin[1]


Abstrak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Tafsir al-Misbâh terdapat paradigma baru mengenai harta sebagai “milik” bersama yang harus menghasilkan manfaat bersama. Harta merupakan pokok kehidupan, namun tidak seperti pandangan materialis yang menempatkan harta di atas segalanya. Prinsip tersebut berimplikasi pada prinsip-prinsip konsumsi dalam al-Qur`an. Konsumsi bahkan pada barang-barang mewah tidak dilarang, namun dikendalikan sehingga tidak kelas kaya dan miskin. Hubungan yang punya dan yang lemah secara ekonomi, tidak hanya sekedarhubungan kedermawanan antara yang kaya dan yang lemah yang bersifat pribadi namun di dasarkan pada cita-cita mewujudkan keadilan sosial dan hubungan harmonis antara sesama manusia.

Kata Kunci : Tafsir al-Qur`an, Harta, Konsumsi, Masyarakat

TAFSIR AL-QUR`AN UNTUK KERAGAMAN DAN KONFLIK DALAM MASYARAKAT

TAFSIR AL-QUR`AN UNTUK
KERAGAMAN DAN KONFLIK DALAM MASYARAKAT




Anwar Mujahidin
 
Abstrak

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana bentuk pemahaman terhadap teks suci yang membuahkan penghargaan pemeluknya terhadap realitas keragaman masyarakat. Penafsiran terhadap teks suci (al-Qur`an dan hadits) yang berorientasi teologis dengan mengabaikan realitas penafsir dan pembaca akan menghasilkan pemahaman keagamaan yang tertutup dengan melegitimasi hasil penafsiran dan pemahamannya terhadap teks suci sebagai teks suci itu sendiri yang mutlak. Penafsiran seperti ini akan melahirkan otoritarianisme keagamaan yang menafikan perbedaan pendapat dan pemikiran. Sebaliknya penafsiran yang mengakui kreatifitas sekaligus kenisbian sang penafsir sebagai manusia akan membuka cakrawala makna yang kaya dan dapat mengoptimalkan fungsi al-Qur`an sebagai petunjuk umat manusia.  Pemahaman keagamaan yang mengakui akan keragaman telah dipraktekkan oleh Nabi ketika membangun negara Madinah dengan membuat perjanjian yang disebut Piagam Madinah antar umat Islam, Yahudi dan suku-suku yang ada di Madinah.

Kata Kunci: Tafsir al-Qur`an, Pluralisme


Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme (Telaah Ayat-Ayat Berwawasan Lingkungan)

Dekonstruksi Tafsir Antroposentrisme
(Telaah Ayat-Ayat Berwawasan Lingkungan)







Oleh:
Junaidi Abdillah[1]

Abstrak
Mainstream yang berkembang bahwa alam semesta ini disediakan oleh Tuhan hanya untuk kemakmuran manusia, membuat eksplorasi atas sumber daya alam ini makin brutal tak terkendali. Agama-agama samawi juga ditengarai kuat menanamkan  paham antroposentrisme pada pemeluknya. Sehingga, muncul pandangan bahwa penyebab kerusakan lingkungan dan alam tersebut diakibatkan paham antroposentrisme  tersebut. Islam sebagai salah satu agama samawi juga tidak luput dari tudingan tersebut. Karenanya, tulisan ini bermaksud membongkar paradigma tafsir bias antroposentisme dalam Islam. Dengan metode maudlu’i, penulis mengumpulkan dan mengelaborasi ayat-ayat berbasis ekologi. Pendekatan yang dipakai adalah bayani dan hermeneutika. Sedangkan content analysis sebagai pisau bedahnya. Tulisan ini bertujuan menemukan pesan-pesan tafsir berbasis lingkungan dalam perspektif ekologi Islam.

Kata Kunci: Lingkungan, Tafsir, Antroposentrisme, Ekologi.

TANGISAN DAN AZAB KUBUR: Antara Ungkapan Sedih dan Ratapan (Suatu Analisa Sanad dan Matan Hadits)

TANGISAN DAN AZAB KUBUR:
Antara Ungkapan Sedih dan Ratapan
(Suatu Analisa Sanad dan Matan Hadits)






Khairullah

Abstrak

Munculnya aksi "kritik hadits" tidak dimaksudkan untuk menguji ajaran Rasulullah, tetapi menguji daya tangkap, kejujuran dan kecermatan para periwayat. Menolak hadits bukan berarti menolak Rasulullah, tetapi menolak klaim bahwa riwayat itu dari Rasulullah. Dalam melakukan kegiatan penelitian sanad dan matn hadits terdapat kaidah-kaidah yang harus dikuasai oleh kritikus. Dalam penelitian hadits berikut ini, akan diungkap faktor penyebab yang substansi  diazabnya seseorang di alam kubur. Apakah tangisan keluarga yang ditinggalkan mati atau sebagai balasan dari perbuatan semasa ia hidup di dunia.

Kata Kunci: Tangisan, Azab Kubur