Minggu, 18 Maret 2012

ORIENTALIS RUSIA DAN AL-QUR’AN (Kajian Historis Tentang Perkembangan Tradisi Orientalisme Rusia pada Abad 19-20 M)


ORIENTALIS RUSIA DAN AL-QUR’AN
(Kajian Historis Tentang Perkembangan Tradisi Orientalisme Rusia pada Abad 19-20 M)


Wan Jamaluddin Z*



Abstract

After " the succes story" of Mullah Usman Ibrahim in 18 century, during 19 century Qur'anic Studies in Russia still had no any significant progress. The situation continuoued until G. S. Sablukov and D.N Boguslavskiy created their own works on Al-Qur'an and its interpretation or commentaries in second half of 19 century. The development of Russian tradition in Qur'anic Studies became better than before when another Russian scholar, I. Yu. Krachkovsky  introduced  a new approach in understanding and interpretation the Holy Book (Al-Qur'an) for Russian people in the beginning of 20 century. Unfortunately, Russian scholars entered "the dark era" in Qur'anic Studies, when regime of Soviet-Communist took over the government and launched the atheistic policy and propaganda in second half of 20 century. 

Kata Kunci: Rusia, Orientalis, Orientalisme,

 

A. Pendahuluan

Perkembangan studi tentang al-Qur’an di kalangan orientalis Rusia pada abad 19-20 M tidak dapat dilepaskan dari perkembangan yang pernah menghiasi sejarah tradisi intelektual pada bangsa ini sebelumnya. Begitu pula halnya dengan perkembangan tradisi kesarjanaan Barat tentang dunia Islam ikut mewarnai dinamika orientalisme Rusia di bidang kajian Al-Qur’an.[1] Para ahli umumnya berpendapat bahwa dalam konteks Rusia, sejarah kajian Al-Qur’an dan terjemahannya sangat diwarnai empat peristiwa utama yaitu: Pertama, formalisasi Kristen sebagai afiliasi keagamaan bangsa Rusia, kedua; peristiwa pendudukan ibukota imperium Bizantium (Konstantinopel) oleh tentara Turki Usmani (pada tahun 1453), ketiga; persaingan yang berkepanjangan dengan kerajaan Islam Volga dan Krim, serta yang keempat, tergabungnya beberapa wilayah berpenduduk muslim ke dalam imperium Rusia.[2]
Sumber-sumber sejarah di Rusia menunjukan bukti bahwa Islam dan Al-Qur’an telah merembes  masuk ke dalam kehidupan bangsa Rusia pertama-tama berkat upaya terjemahan dari Romawi-Yunani dan Latin-Polski yang  umumnya bercorak anti-Islam.[3] Pendudukan terhadap kota Kazan (salah satu pusat Islam di sekitar sunga Volga) oleh tentara Ivan Grozni  pada tahun 1552 pun tak lepas dari corak tersebut. Namun uniknya pendudukan tersebut telah pula menyebabkan terjadinya pergeseran pandangan bangsa Rusia dalam melihat Islam. Kebencian terhadap Islam berangsur-angsur berubah menjadi ketertarikan secara positif terhadap budaya dan kehidupan umat Islam.[4]
Tulisan ini mencoba menyoroti kembali dinamika historis yang terjadi di kalangan orientalis Rusia dalam mengembangkan tradisi kajian terhadap Al-Qur’an sepanjang kurun 19-20 M serta menganalisis ada tidaknya keterkaitan dan atau keterpengaruhannya terhadap proses pertumbuhan tradisi orientalisme Barat (Eropa).


Rusia dan Kajian Al-Qur’an Abad 19 M

Sebagaimana dimaklumi bahwa pada abad 18 M telah timbul gairah baru dalam kajian al-Qur’an di Rusia berkat diterbitkannya 2 (dua) edisi al-Qur’an dan terjemahnya versi Petersburg dan Kazan yang di pelopori tokoh muslim Rusia, Mullah Usman Ibrahim pada tahun 1787.[5] Namun dahaga akan karya penafsiran terhadap al-Qur’an nampaknya belumlah terobati di kalangan orientalis Rusia. Sayangnya, hingga menjelang akhir abad 18 belum juga lahir karya-karya penafsiran terhadap al-Qur’an yang dipandang memenuhi standar keilmiahan. Seakan penerbit al-Qur’an dan terjemah karya Mullah Usman Ibrahim tak tertandingi hingga penghujung abad tersebut.[6]
Sementara itu abad 19 M disebut-sebut sebagai era baru dalam tradisi kajian Al-Qur'an di kalangan oreintalis Barat dan Eropa. Dunia kesarjanaan Barat menaruh perhatian yang sangat besar terhadap studi Al-Qur'an terutama sekali dalam upaya studi rekonstruksi wahyu Al-Qur'an yang diterima Nabi Muhammad SAW secara kronologis. Upaya ini dilakukan dengan menggali secara  intens sumber-sumber  traditional Islam dan memperhatikan bukti internal Al-Qur'an  sendiri, yakni rujukan historis  di dalamnya terutama selama periode Madinah dari karir kenabian Muhammad SAW. Selain itu perhatian juga mulai ditujukan pada pertimbangan gaya  Al-Qur'an, perbendaharaan kata, dan semisalnya. Dapat dikatakan sejak saat itu Al-Qur'an menjadi sasaran penelitian yang cermat baik lewat metode kritik sastra maupun kritik sejarah modern. Demikianlah, denyut perkembangan yang kurang lebih sama juga tampak di kalangan orientalis Rusia dalam mengkaji Al-Qur’an.
Adalah Instruksi kerajaan Rusia tertanggal 15 Desember 1800   disebut-sebut para ahli sebagai titik balik timbulnya fenomena baru dalam studi Al-Qur’an di kalangan orientalis Rusia. Instruksi tersebut sebenarnya berisi larangan yang membatasi penerbitan literatur keislaman di Rusia. Namun menyusul terbitnya larangan tersebut, pada tahun 1801-1802 berbagai peralatan tipografi Arab yang ada di kota Saint-Petersburg  dipindahkan ke kota Kazan (Tatarstan). Perpindahan ini justru pada akhirnya  melambungkan nama kota Kazan sebagai salah satu tempat penerbitan dan percetakkan Al-Qur’an terbesar dan terkenal luas sehingga mendapat berbagai pujian dari kalangan orientalis Barat-Eropa (1802-1859). Tercatat hingga pertengahan abad 19 di kota Kazan berhasil diterbitkan sekitar 150 ribu eksamplar Al-Qur’an bahkan karya ini ditengarai telah banyak dijadikan rujukan hingga ke dunia Timur.[7]
Pada rentang waktu yang tak berapa lama kemudian, masih di awal abad 19 M tersebut, salah seorang  orientalis Rusia lainnya A. Kolmakov (w.1804) berhasil merampungkan terjemahan Al-Qur’an.[8] Namun sebagaimana seniornya, M. I Verevkin (1709)[9] yang menterjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa Rusia tidak langsung dari bahasa aslinya (Arab) tetapi dari bahas Perancis karya Due Riue,[10] A.Kolmakov menggunakan terjemahan Al-Qur’an berbahasa Inggris karya G. Seil (1679-1736).[11] Karya G. Seil yang diterbitkan di London 1734 sebagian diketahui banyak mengadopsi tafsir Al-Baydawi, tafsir al-Zamakhsari, dan tafsir Jalalain.[12] Selain diterjemahkan kedalam bahasa Rusia, karya G. Seil juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan Perancis.[13]
Terjemah bahasa Rusia yang dilakukan A. Kolmakov dan seniornya, M.I Verevkin, disebut-sebut para ahli telah banyak mempengaruhi kehidupan bangsa Rusia sepanjang abad 19 M. Hal tersebut tidak cuma menginspirasi A.S. Pushkin dalam bait –bait puisinya yang mencuplik 33 surat Al-Qur’an pada tahun 1824,[14] namun juga telah mencuri perhatian banyak tokoh Rusia seperti P.Ya. Chadayev,  L.N. Tolstoi,  V.S. Salovyev hingga M.L. Mikhailov (1829-1865). [15]
Selain itu, penting pula diungkapkan di sini bahwa pada paruh kedua abad 19 M, tepatnya pada tahun 1864 telah diterbitkan terjemah Al-Qur’an berbahasa Rusia yang juga diterjemahkan tidak langsung dari bahasa aslinya (Arab). Lagi-lagi Al-Qur’an diterjemahkan, yang kali ini oleh K. Nikolayev, dari bahasa  Perancis karya orientalis A.B.Kazimirskiy. Meski demikian terjemahan Al-Qur’an karya K. Nikolayev menjalani cetak ulang sebanyak 5 kali terbitan.[16]
Selain berbentuk terjemah Al-Qur’an pada paruh kedua abad 19 dunia orientalisme Rusia dimeriahkan pula dengan keberhasilan ”Sinoda–Arkhiyev Kazan” Georgia Kazem Bek, yang menerbitkan karya spektakuler “Pol’niy Konkordans Korana“ (Konkordansi Lengkap tentang Al-Qur’an) yakni sebuah kitab panduan tentang kunci berbagai kosa kata ataupun ungkapan dalam Al-Qur'an. Konkordansi tersebut disusun oleh Mirza Muhammad Ali Ghazi Kasim-Ogle (Aleksandra Kasimovich) Kazem-Bek (1802-1870), mantan dekan fakultas Oriental-Studies, St.Peterburg State University. Kazem-Bek dikenal sebagai pendiri tradisi Orientalisme Rusia-Mazhab Kazan yang karena keunggulan karya-karyanya ia dinobatkan sebagai “Patriarkh” (sang pemimping tertinggi para pendeta ortodoks). Karya tersebut merupakan hasil kerja intelektual Kazem-Bek selama lebih kurang 25 tahun yang diawalinya sejak tahun 1834.[17]
Penting dicatat pada saat yang hampir sama, tradisi kajian tentang Al-Qur’an  juga diramaikan dengan terbitnya beberapa konkordansi lainnya seperti Nujum Al-Furqon yang diterbitkan di Calcutta pada tahun 1836 ataupun Concordantiae Corani Arabicae karya Gustav Flugel yang diterbitkan tahun 1842.[18] Namun demikian, keunggulan karya A. Kazem-Bek menurut para orientalis Rusia terletak pada pendekatan ilmiah yang digunakannya. Konkordansi Al-Qur'an yang disusun olehnya tidak berdasarkan prinsip etimologis namun berdasarkan urutan abjad (alpabetis) sehingga memberikan kemudahan dan keleluasaan bagi para pembaca yang non-Arabis untuk mempelajarinya.[19]
Konkordansi karya A.Kazem-Bek menjadi bukti adanya upaya kebangkitan kembali gairah intelektual dikalangan orientalis Rusia setelah cukup lama tertinggal dari Barat. Bahkan sejak itu, di Rusia mulai kembali marak diterbitkan berbagai koleksi manuskrip tentang Islam dan Al-Qur'an yang mendunia baik yang tersimpan di Musium Asia Akademi Ilmu Pengetahuan di Saint-Petersburg maupun di Perpustakaan Negara (Publichnaya Biblioteka) atas prakarsa I.F.Gotval’d di Kazan (tepatnya pada tahun 1863) maupun V.F.Girgas di St. Peterburg (tahun 1881).[20]
Puncak kesuksesan tradisi orientalisme Rusia pada abad 19 M dicapai berkat penerbitan  dua terjemahan Al-Qur'an berbahasa Rusia yang diterjemahkan langsung dari bahasa aslinya (Arab) oleh D.N.Boguslovskiy (pada tahun 1871) serta G.S.Sablukov (pada tahun 1878) di kota Kazan. G.S. Sablukov adalah salah seorang orientalis Rusia di kota Kazan (Tatarstan) yang berhasil melakukan terjemah al-Qur’an berbahasa Rusia yang dilengkapi beberapa komentar (penafisran). Karya G.S. Sablukov  (1879 dan 1884) banyak didasari berbagai karya populer yang terdapat di kalangan bangsa Tatar. Karya Sablukov diterbitkan oleh Ye.Malov di kota Kazan pada tahun 1875.[21]
Terjemah Al-Qur'an G.S.Sablukov disebut-sebut sebagai sukses besar orientalis mazhab Kazan-Rusia karena karya tersebut  banyak dirujuk sarjana Barat semisal Gustav Weil pada tahun 1878 dalam karyanya “Historisch-Kritische Einleitung in der Koran” (Pengantar Studi Historis-Kritis terhadap Al-Qur'an).[22] Sebagaimana Weil, Sablukov menekankan pentingnya mengakui tradisi kesarjanaan Islam yang memandang bahwa surat-surat dalam Al-Qur'an merupakan unit wahyu orisinal karena dapat disusun dalam suatu tatanan kronologis berdasarkan sumber-sumber  tradisional  umat Islam yang juga dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah menurut tradisi Barat. Menurutnya  pembabakan Al-Qur'an  dalam bentuk periodisasi tradisional Islam (Makkiyah dan Madaniyah) masih dapat dielaborasi lebih rinci dengan memperhatikan peristiwa-peristiwa historis yang dapat diketahui dari sumber Al-Qur'an sendiri maupun dari sumber lain.[23]
Jejak Sablukov yang diakomodir Gustave Weil pada masa selanjutnya banyak diadopsi sarjana Barat lainnya seperti, Theodor Noeldeke (w, 1930 ) ataupun Friedrich Schwally (w, 1919) pada karya bersama mereka pada tahun 1860 “Geschichte des  Qorans“ (Sejarah Al-Qur'an) hingga pada gilirannya mempengaruhi pula sarjana –orientalis  Perancis abad 20 M, Regis Blachre, dalam karyanya “Le Coran: Traduction Selon un Essai de Reclassemment des Sourates “(Al-Qur'an: Terjemahan Berdasarkan Suatu Kajian Penataan Kembali Surah) sekitar tahun 1949-1950.[24]
    Selain terjemah Al-Qur'an  pada tahun 1879 G.S. Sablukov  juga menghasilkan karya besar berjudul: ”Prilozheniya” (Pengantar) yang dinilai sebagai sebuah karya terbaik di Eropa dalam studi pengantar kepada kajian Al-Qur'an. Begitu pula pada tahun 1884 beberapa kumpulan naskah kerja G.S. Sablukov  diterbitkan sekalipun sang penulis telah wafat. Khusus terkait terjemah Al-Qur'an karya G.S. Sablukov telah mengalami cetak ulang pada tahun 1907 hingga 1961.[25]
    Perlu digarisbawahi bahwa terjemah Al-Qur'an pada abad 19 menunjukkan munculny kecendrungan baru dalam tradisi orientalisme Rusia. Para orientalisme Rusia mulai banyak dipengaruhi oleh berbagai tradisi ilmiah dan alam pemikiran yang berkembang di kalangan umat Islam. Hal  dimaksud dapat terlihat dalam karya G.S. Sablukov seperti tersebut di atas ataupun karya  orientalis Rusia lainnya yaitu D.N.Baguslovskiy yang terbukti banyak mengutip sumber-sumber umat Islam di Turki Usmani seperti “Tafsir Al-Mawakib” karya Ismail Farug (w.1840) atau sumber-sumber dalam tradisi Persia seperti “Tafsir Husaini“ karya Husain Al-Wa’iz (w.1505).[26]
Demikianlah sukses G.S. Sablukov tidak terlepas dari tendensi bangsa Rusia untuk memahami karakter kehidupan bangsa Tatar; suatu tendensi dominan dalam aktivitas misionarisme Rusia di Kazan. Sementara itu keberhasilan D.N.Baguslovskiy merefleksikan adanya tendensi politik luar negeri Rusia terhadap dunia Timur yakni bagaimana memahami Al-Qur'an  yang sangat dipedomani bangsa Turki yang hidup bertetangga dengan bangsa Rusia di wilayah Selatan. Pendekatan di atas agaknya memang sengaja di tempuh para ahli karena tuntutan keadaan dan zaman saat itu. Terjemah G.S. Sablukov dihasilkan dari tuntutan tetang perlunya memperoleh gambaran yang utuh tentang “keberislaman bangsa Tatar”, disamping desakan kepentingan gerakan misionaris kaum Kristen Ortodoks. Karya Jenderal D.N Boguslavskiy tampak sangat terkait dengan aksi perluasan pengaruh politik luar negeri Rusia terhadap negara-negara Timur. Penting di catat bahwa Jenderal tersebut adalah orang pertama yang ditunjuk menjadi Dubes Rusia di Konstantinopel. Karenanya  karyanya tersebut merupakan salah satu upaya dalam memahami Al-Qur’an di wilayah Turki Usmani (rival bertahun-tahun bangsa Rusia). Ye A. Rezvan menilai bahwa terjemah D.N. Boguslavskiy sedikit banyak dekat dengan pandangan-pandangan A.B. Kazimirskiy (salah seorang penerjemah al-Qur’an ke dalam bahasa Perancis) yang juga bertahun-tahun pernah bertugas sebagai penerjemah profesional di dunia Timur serta dalam batasan tertentu memiliki kemiripan dengan E. Werri, seorang berkebangsaan Inggris, yang menterjemahkan Al-Qur’an di wilayah jajahannya yaitu India.[27]
Paruh kedua abad 19 adalah periode ekspansi politik Rusia ke kawasan Timur  Tengah dan Asia Tengah. Sebagaimana dimaklumi bahwa pada tahun 1868 daerah Turkmenistan dan sekitarnya telah masuk dan tunduk menjadi wilayah taklukan Rusia.[28] Dengan demikian sejak saat itu tercatat begitu banyak penduduk yang beragama Islam hidup di bawah naungan imperium Rusia. Jutaan umat Islam tersebut tetap berupaya mempertahankan pola kehidupan dan budaya Islam yang telah dianutnya sejak lama serta tetap pula menjalin hubungan dengan dunia Islam di luar wilayah imperium Rusia, tak terkecuali tradisi kajian Al-Qur'an.
     Selain itu harus pula diingat bahwa paruh kedua abad 19 M adalah era muculnya gerakan Pan-Islamisme dan Pan-Turkisme di dunia Islam sebagai salah satu simbol kebangkitan Islam. Tak heran bila semangat gerakan tersebut turut mewarnai perkembangan studi Al-Qur'an di Rusia. Dalam konteks Rusia, beberapa karya merefleksikan hal diatas. Sebagai contoh dapat ditunjukan sejumlah tulisan Musa Jarullah Bigiyev (1817-1949) dan Ata’ullah Bayazitov, dua orang tokoh Islam dan Imam Besar Masjid Saint-Petersburg, juga banyak terinspirasi pemikiran Sayyid Ahmad Khan (1817-1898), Jamaludin Al-Afghani (1839-1909), Muhammad Abduh (1849-1905), Rashid Ridlo(1865-1935) dengan  Tafsir Al-Manarnya. Relevan dengan itu semua, menjelang akhir abad 19 dan awal abad 20 di Rusia diramaikan dengan pertarungan antara “Kaum Pembaharu Islam“ dan “Kaum Tradisionalis Islam“ (Jadidi vs Kadimi) yang menggunakan penafsiran Al-Qur'an menurut pandangan masing-masing.[29]


Rusia dan Studi Al-Qur’an Abad 20 M

Pada paruh pertama abad ke-20 di Rusia terdapat cukup banyak publikasi yang diterbitkan dengan menggunakan huruf Arab. Menurut laporan Anas B.Khalidov sejak tahun 1787-1917 telah diterbitkan sedikitnya 172 mushaf Al-Qur'an, 191 surat-surat pilihan dalam Al-Qur'an dan lebih dari 100 cetakan yang berisi penggalan/ ayat-ayat pilihan dalam Al-Qur'an. Disamping itu, banyak pula dicetak dan disebarluaskan buku-buku pedoman dan tuntunan ibadah solat, hingga brosur-brosur berisi mantera-mantera.[30]
Pada abad 20 M ini adalah I Yu. Krachkovskiy salah seorang orientalis Rusia yang pertama kali menggemakan pentingnya mencari pendekatan baru dalam menterjemahkan Al-Qur’an. Berbeda dari G.S. Sablukov, I Yu. Krachkovskiy memandang al-Qur’an sebagai suatu prasasti/monumen pada era tertentu sehingga ia berupaya menyikirkan pengaruh penafsiran-penafsiran tradisonal seraya mencoba melakukan penerjemahan yang menurutnya jauh lebih tepat. Untuk itu I.Yu. Krachkovskiy berpaling kepada berbagai materi terkini tentang aspek-aspek kebahasaan dan lingkungan al-Qur’an dengan mengandalkan teknik dan metode Filologi modern.  I Yu. Krachkovskiy memulainya dengan mencari berbagai penjelasan tentang beberapa teks al-Qur’an yang dianggap “sulit” dipahami.[31]
Pada tahun 1921 – 1930 ditemukan sejumlah naskah kerja yang dihasilkan I.Yu. Krachkovskiy. Naskah tersebut berisi terjemah dan komentar-komentar tentang Al-Qur’an yang baru kemudian dipublikasikan pada tahun 1963 setelah wafatnya seorang tokoh. Naskah kerja tersebut kembali di cetak ulang pada tahun 1986 sekalipun sesungguhnya I. Yu. Krachkovskiy sendiri tidak pernah berencana menerbitkannya. Namun demikian karena para koleganya sesama orientalis Rusia banyak yang menilai bahwa corak pendekatan dan teknik filologis yang dihasilkan I. Yu Krachkovskiy tersebut jauh melampaui kesuksesan para sarjana Rusia ataupun Eropa dalam menterjemahkan Al-Qur’an pada zamannya maka naskah tersebut diterbitkan atas desakan bersama.[32] Pendekatan dan teknik I Yu Krachkovskiy menunjukan betapa pentingnya  analisa kritis dalam menerapkan berbagai metode penterjemahan. Namun menurut Gryaznevich sayangnya naskah kerja tersebut belum tersusun lengkap dan tuntas sehingga sulit bagi kita untuk memastikan penilaian terhadap peranan dan pengaruh I Yu Krachkovskiy selanjutnya dikalangan orientalis Rusia.[33]
 Karya I Yu Krachkovskiy terlahir pada saat yang hampir bersamaan dengan awal krisis kajian Islam yang melanda orientalis Rusia (era Soviet). Pada masa itu, berbagai pendekatan dan metode analisis terhadap studi Al-Qur’an terpasung oleh berbagai tujuan dan target-target propaganda kalangan ateis. Lebih jauh lagi, baik kitab suci Al-Qur’an maupun terjemahnya hampir ”lenyap” dari semua perpustakaan umum. Bahkan demi menopang tujuan dan gerakan kaum ateis pada pada masa itu dikeluarkan ketetapan yang menyatakan bahwa abad 10 – 11 M periode turunnya Al-Qur’an, sedangkan abad 14 M (era pemerintahan Sultan Usman I) disebut-sebut sebagai periode pembukuan Al-Qur’an. Pada tahun 1931 sekelompok orientalis sarjana Rusia di kota Moskow dibawah kepentingan Ye. A. Belyayev menggulirkan hipotesis yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah hasil cipta karya beberapa orang tertentu. Singkatnya, terkait dengan hasil kajian, metode penelitian yang tidak ilmiah, serta kesimpulan yang dihasilkannya, sangatlah tendensius. Begitu pula halnya dengan aksi mengoleksi dan merujuk secara tidak kritis terhadap sejumlah hasil penelitian yang di impor dari sarjana Eropa telah menjebak orientalis Rusia (era Soviet) menghasilkan karya-karya yang kurang memenuhi standar ilmiah.[34]
 Dalam konteks ini karya I Yu Krachkovskiy, makalah K.C. Kashtaleva tentang terminologi-terminologi al-Qur’an, studi etnografis I.N. Vinnikov, serta riset V.V. Bartold lebih banyak menyoroti dan menganalisa sumber-sumber dan materi-materi kajian Al-Qur’an. Sulitnya melepas diri dari pendekatan dogmatis dikalangan orientalis Rusia pada era Soviet (tahun 1930 – 1940 an) dirasakan begitu rupa.[35]
 Pertumbuhan studi Al-Qur'an di Rusia juga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan situasi dalam dunia Islam pada paruh pertama abad 20 M secara keseluruhan.  Pada tahun 1919, 1923, 1928 dipelopori oleh Raja Fuad I sekelompok elit sarjana muslim berhasil mencetak Al-Qur’an edisi terbaru di kota Kairo, yang selanjutnya dijadikan panduan dan pedoman bersama untuk seluruh umat Islam. Sukses ini sebenarnya membawa dampak sampai berupa melesunya gairah mempelajari variasi Qira’at (ilmu Qira’at tujuh). Meskipun demikian sukses di kota kairo tersebut tetap harus di pandang sebagai tonggak  penting dalam studi al-Qur’an karena hasilnya diterima dan dipatuhi baik di kalangan sarjana muslim maupun Eropa.
 Pasca “sukses kairo” studi Al-Qur’an mulai menjalani perubahan tidak seperti era sebelumnya, penterjemah dan tafsir Al-Qur’an dilakukan apa adanya tanpa banyak di pengaruhi oleh kondisi dan perkembangan yang terjadi di dunia Islam. Agaknya tendensi ini hampir pararel dengan munculnya gerakan reformasi/pembaharuan Islam yang mengusung tema besar “kebangkitan Islam” dan “kembali kepada the Great tradition of Islam”. Dalam konteks inilah penyatuan berbagai versi mushaf Al-Qur’an menjadi sangat aktual dan begitu penting, terutama sekali dalam rangka membangun kesadaran tentang persatuan dunia Islam. Sayang sekali, momentum ini diciderai oleh petaka dilikuidasinya kerajaan Turki Usmani yang ditandai dengan pembatasan otoritas khalifah hanya pada urusan agama dan tidak memiliki wewenang apapun dalam urusan kenegaraan/dunia (tahun 1922), serta pada akhirnya institusi kekhalifahan dibubarkan sercara paksa (pada tahun 1924).
 Beragam komentar dan penilaian diberikan para ahli di Rusia, terkait penerbitan Al-Qur’an edisi baru tersebut diatas; ada yang memandangnya sebagai bagian dari ambisi besar Raja Fuad I dari Saudi Arabia untuk membuktikan wibawa dan pengaruhnya di dunia Islam, ada pula yang memandang bahwa keberhasilan tersebut menjadi simbol otoritas keilmuan ulama Islam yang melebihi orientalis Barat.[36]
 Sukses kairo ternyata tidak berarti musnahnya tradisi kajian dan terjemahan Al-Qur’an versi lainnya. Di dunia Islam belahan Barat dan juga di kalangan Syiah Zaidiyah Yaman, tetap bertahan tradisi terjemah “versi Warsh” (W. 197 H/812M). Saat ini Al-Qur’an dalam versi ini masih dapat dijumpai tidak hanya di Afrika Utara, tapi juga di Saudi Arabia dan Kairo. Pada saat yang hampir sama juga di Tunisia telah diluncurkan al-Qur’an dalam “Versi Hafsah”.[37]
 Pada akhirnya sukses Kairo dan beberapa versi al-Qur’an lainnya telah memicu krisis kajian Islam di kalangan orientalis Barat akibat dari pendekatan hiper-kritis yang mereka lakukan dalam mengkaji dunia Islam. Sejak G. Bergstrasser dan A. Jeffery hingga I. Goldziher dan lainnya pada tahun 1927-1935an tampil menyerukan perlunya kritisme terhadap teks al-Qur’an.[38]
 Hiruk pikuk di kalangan orientalis Barat agaknya tidak banyak mempengaruhi tradisi oeirentalisme Rusia pada era Soviet yang pada saat itu tengah terbelenggu propanganda komunis dan kaum ateis. Hingga menjelang akhir abad 20 M prioritas kajian dalam studi al-Qur’an dikalangan orientalis Rusia masih berkutat pada bagaimana mewujudkan cita-cita besar I Yu Krachkovskiy untuk mempersiapkan terjemah dan komentar terhadap al-Qur’an dengan pendekatan filologis. Dapat dikatakan hingga menjelang paruh kedua abad 20 belum terlihat gairah baru dalam studi al-Qur’an di kalangan orientalis Rusia.


Penutup
    Meminjam teori Fazlur Rahman, Guru Besar Islam dari Universitas Chicago Amerika Serikat, tentang kategorisasi literatur Barat dalam studi Al-Qur'an,[39] dapat dikatakan bahwa tradisi kajian Al-Qur'an di kalangan orientalis Rusia pada abad 19 M didominasi karya-karya yang mencoba mengkritisi rangkaian kronologi ayat-ayat Al-Qur'an dan karya-karya yang bertujuan menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek tertentu dari ayat-ayat Al-Qur'an. Pada era ini umumnya karya-karya orientalis Rusia mengambil dua bentuk utama yaitu karya terjemah dan atau karya konkordansi Al-Qur'an. Namun seperti halnya pada abad sebelumnya (17 dan 18 M), terjemah Al-Qur'an pada abad 19 M lagi-lagi masih tetap dilakukan kalangan orientalis Rusia tidak berdasarkan langsung dari sumber bahasa aslinya (Arab), tetapi masih memanfaatkan sumber berbahasa Perancis (seperti yang dilakukan M.I Verervkin pada tahun 1709 atas karya Due Riue; atau yang dihasilkan K. Nikolayev pada tahun 1864 atas karya A.B. Kazimirskiy), maupun dari sumber berbahasa Inggris (dilakukan oleh A. Kolmakov pada tahun 1802 atas karya G. Seil).
   Puncak kesuksesan tradisi terjemah Al-Qur'an dicapai orientalis Rusia pada penghujung abad 19 M saat D.N.Boguslovskiy (1871) dan G.S. Sablukov (1878) berhasil menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Rusia langsung dari sumber bahasa aslinya (Arab). Lebih jauh lagi, kesuksesan pada era ini telah menampakkan kecenderungan baru dalam tradisi orientalisme Rusia yang mulai banyak dipengaruhi tradisi keilmuan Islam dan alam pemikiran yang berkembang di dunia Islam.
   Sangat disayangkan sukses besar yang dicapai orientalis Rusia pada abad 19 M tidak berlanjut hingga abad 20 M. Pada abad ini tradisi orientalisme Rusia dalam studi Islam dan Al-Qur'an memasuki masa krisis (the dark era) karena terpasung agenda dan propaganda komunisme dan atheisme rezim Soviet. Wajah suram studi Al-Qur'an di Rusia sedikit terhibur dengan tampilnya I. Yu Krachkovskiy yang terbilang cemerlang melakukan terjemah Al-Qur'an ke dalam bahasa Rusia dengan menggunakan disiplin filologi modern yang dikuasainya. Karya I Yu. Krachkovskiy disebut-sebut telah melampaui kesuksesan para sarjana Rusia dan Eropa pada zamannya. Namun teramat sayang, mengingat naskah kerja I. Yu. Krachkovskiy belum tersusun lengkap dan tuntas maka sulit untuk memastikan seberapa besar peran dan pengaruhnya dalam tradisi kajian Al-Qur'an.
            Wa Allah a'lam bi al-shawab.






DAFTAR PUSTAKA


Belyayev. Proishozhdeniya Islama : Khrestomatiya. Moskwa, 1931.

-------, Lektsii po istorii Arabov. Moskwa, 1937.

-------,  Arabi, Islam i Arabskiy Khalifat v Ranneye Srednevekoviye. Moskwa, 1965.

Bergstrasser G. Plan Eines Apparatus Critius zum Koran. Munchen, 1930.

Boguslavskiy. Koran : Perevod ikommentari D.N. Boguslavskiy. Naskah kerja diterbitkan oleh Ye. A. Rezvan dan A.N. Veiraukha.

Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur'an. Bandung: Penerbit Pustaka, 1983.

Goldziher I. Die Richtungen der Islamischen Koranaus Legung. Leiden, 1920.

------, Vorlesungen iiber den islam. Heidelberg, 1925.

Gryaznevich P.A. Razvitiye Istoricheskogo Soznaniya Arabov 6-8 vekakh (Ocherkiistori Arabskori Kulturi 5-15 vekakh. Moskwa, 1982

-------, Proishozhdeniye Islama. Islam i yego Rol’ v Sovremennoi Ideino-politicheskoi Bor’be Razvivayushikhsya Stran Azli i Afriki. Moskwa – Tashken, 1980.

-------, Koran v Rassii (izucheniye, perevodi, izdaniya) dalam Islam : Religiya, Obshestvo, Gosudarstvo. Moskwa, 1984.

-------, Predisloviye ko vtoromu izdaniyu, Koran: Perevod: Komentari I Yu. Krachkovskogo (Kata Pengantar Cetakan Kedua, Al-Qur'an : Terjemah dan Komentar I.Yu Krachkovskiy). Moskow, 1986.

Jeffery A. Progress in the Study of the Qur’an Text. 1935.

-------, Materials for the History of the Text of the Qur’an. Leyde, 1937.

-------, The Foreign Vocabulary of the Qur’an. Baroda, 1938.

-------, The Textual History of the Qur’an, dalam Journal of Middle East Society. London, 1947.

Krachkovskiy, I. Yu. Russkiy perevod Korana V rukopisi 18 veka. Sbornik statyei k sorokaletiyu uehenoi geyatel’nosti akademika A.S. Orlova. Moskow – Leningrad, 1934.

-------, “Cherneshevskiy i orientalist G.S. Sablukov” dalam N.G. Cherneshevskiy (1889-1939): Trudi Nauchnoi Sessii k Pyatidesyati Letiyu so Dnya Smerti. Leningrad, 1941.

-------, Perevod Korana D.N. Boguslavskogo. SV. 1945.

-------, Ocherki po Istorii Russkoi Arabistiki. Moskow – Leningrad, 1950.

-------, Koran : Perevod i Kommentari I. Yu. Krachkorskogo, Moskwa, 1963.

Nikolai Goroshkov dan Svetlana Chervonnaya. Panturkizm i Pan-Islamizm v rassiiskoi istoriy i istoriografiy  (Panturkisme dan Pan-Islamisme dalam sejarah dan historiografi Rusia) dalam Islam v EvroAzii (Islam di Eropa-Asia). Progress-Traditsiya, Moskwa, 2001.

Rezvan Ye. A. Koran i Koranistika, dalam Islam istoriograficheskiye Ocherki. SM Prozorov (ed.), Moskow, 1991.

-------, Koran i Doislamskaya Kultura (Problema Metodiki Izucheniya) dalam Islam: Religiya, Obshestvo, Gasudarstvo. Moskow, 1984.

-------, Etchkiye prestavleniya I etiket v Korane, dalam Etiket u narodov Perenei Azii. Moskow, 1988.

Rippin A. Approaches to the History of the Interpretation of the Qur’an, Oxford, 1988.
Sablukov G. Prilozheniya k perevodu Korana. Kazan, 1879 cet ke 2.

-------, Svedeniya o Korane, zakonopalazhitel’noy knige mohammedenskogo veraucheniya. Kazan, 1884.

Wherry E M. A Comprehensive Commentary of the Qur’an : Comprising G. Sale’s Translation and Preliminary Discourse with Additional Notes and emendations. 1-4. London, 1882-1886.






* Wan Jamaluddin, M. Ag,  Direktur Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Lampung dan menjadi  tenaga pengajar pada program pasca sarjana di beberapa perguruan tinggi dalam  dan luar negeri.
[1] See Wan Jamaluddin. Al-Qur'an in Europe an Russia: Historical Perspective on Early Development of the Tradition of Russian Orientalism. Jurnal Al-Bayan Bil.7 (Mei 2009) Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur. pp. 59-72.
[2] Islam Na Territoriy Bivshey Rassiiskoy Imperiy: Ensiklopedicheskiy Slovar' (Islam di wilayah bekas Imperium Rusia: Sebuah Kamus Ensiklopedi). S.M. Prozorov (ed.) Jilid 1, Moskow, 1998. p. 47.
[3] Ye A. Rezvan. Mir Korana (The World of Al-Qur'an). Branch Institute for Oriental Studies of Russian Academy of Sciences in Saint Petersburg. 2004. See more N.I. Serikov.  O Nyekatorikh aspektakh Padkhoda k Issledovaniyu Arabo-Vizantiiskikh Otnasheniy X-XI vekakh v Sovremennoy Zarubezhnoy Istoriografi. VV, 1983, 44, pp. 246-251.
[4] Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 48.
[5] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika (Al-Qur'an and Qur'anic Studies)” in Islam: Istoriograficheskiye Ocherki (Some analysis on Islamic Historiography). Moscow, 1991. p. 15.
[6] P.A. Gryaznevich Koran v Rassii (izucheniye, perevodi, izdaniya) dalam Islam : Religiya, Obshestvo, Gosudarstvo. Moskwa, 1984. p. 3-5.
[7]  Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 50.
[8]  Lihat A. Kolmakov. Al-Koran Magometov. Saint-Petersburg, 1792.
[9]  Lihat M.I. Verevkin. Kniga Al-Koran Aravlyanina Magometa. Izh. 1-2, Saint-Petersburg, 1790.
[10]  Lihat l'Al-coran deMahomet. Translate d'Arabe en Francois par le Sieur du Ryer, 1647.
[11] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit. pp. 14-15.
[12] G. Sale. The Koran Commonly Called Alcoran of Mohamed. Translated into English...to which is Prefixed a Preliminary Discourse. London, 1734 (Reproduced 1921).
[13] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit. pp. 15-16.
[14] Lihat Wan Jamaluddin. “Puisi-puisi Qur'ani dari Rusia” dalam Khazanah Islam dan Tradisi Intelektual di Rusia (Goresan Pena selama Studi di Rusia). Fakta Press,IAIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2009. pp. 121-140.
[15] Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 51.
[16]  Ibid., p. 51.
[17] Ibid., p. 51.
[18]  G. Flugel.  Concordantiae Corani Arabicae. Lipsiae, 1842 (Repro. 1898, 1979).
[19]  Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 51.See further Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit. p.17.
[20]  Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 51
[21] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit., p. 19.
[22]  Ibid., p. 20.
[23]  Sablukov G. Prilozheniya k perevodu Korana. Kazan, 1879 cet ke 2.
[24] Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 52.
[25] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit., pp. 17-18.
[26] Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 52. See Boguslavskiy. Koran : Perevod ikommentari D.N. Boguslavskiy. Naskah kerja diterbitkan oleh Ye. A. Rezvan dan A.N. Veiraukha.
[27] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit., pp. 18-19.
[28] Islam Na Territoriy... Op. Cit. pp. 52-53.
[29] Islam Na Territoriy... Op. Cit. p. 53. Lebih jauh lihat misalnya Nikolai Goroshkov dan Svetlana Chervonnaya. Panturkizm i Pan-Islamizm v rassiiskoi istoriy i istoriografiy  (Panturkisme dan Pan-Islamisme dalam sejarah dan historiografi Rusia) dalam Islam v EvroAzii (Islam di Eropa-Asia). Progress-Traditsiya, Moskwa, 2001. pp. 80-85.
[30] Ibid. p. 52.
[31] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit., pp. 19-20.
[32] Ibid, pp. 18-19.
[33] Gryaznevich. Predisloviye ko vtoromu izdaniyu, Koran: Perevod: Komentari I Yu. Krachkovskogo (Kata Pengantar Cetakan Kedua, Al-Qur'an : Terjemah dan Komentar I.Yu Krachkovskiy). Moskow, 1986.
[34] Islam Na Territoriy... Op. Cit. pp. 54-55.
[35] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit., pp. 22-23.
[36] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit., p. 20.
[37] See Broekett A. “The value of the Hafs and Warsh Transmission for the textual history of the Qur’an”  in  Approaches to the history of the interpretation of the Qur’an. Ed. A. Rippin. Oxford, 1988, pp. 31-45.
[38] Ye A. Rezvan. “Koran i Koranistika...”. Op.Cit., p. 23.
[39] Fazlur Rahman membagi tiga kategori literatur Barat dalam studi Al-Qur'an yaitu: 1. Karya-karya yang berusaha mencari pengaruh Yahudi-Kristen dalamAl-Qur'an, 2.karya-karya yang mencoba mengkritisi rangkaian kronologi ayat-ayat Al-Qur'an, dan 3. karya-karya yang bertujuan menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek tertentu dari ayat-ayat Al-Qur'an. Lihat Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur'an. Bandung: Penerbit Pustaka, 1983.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar